Mohon tunggu...
Safa Adinda Yuliansyah
Safa Adinda Yuliansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Komunikasi SV IPB

58

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Pandemi terhadap Sistem Pendidikan dan Pelajar di Indonesia

30 Juli 2021   13:25 Diperbarui: 30 Juli 2021   13:44 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang kemajuan suatu negara. Dengan pendidikan, masyarakat bisa meningkatkan kualiatas diri sehingga mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas pula. Dunia pendidikan dalam kehidupan adalah hal yang akan selalu berkembang secara turun temurun dan tidak ada habisnya. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh CEOWORLD magazine pada Januari-April 2020, Indonesia menempati urutan ke-70 dari total 93 negara yang terdaftar sebagai negara dengan sistem pendidikan terbaik.

Sistem pendidikan di Indonesia sendiri terbilang masih jauh tertinggal dari negara-negara lain di asia tenggara. dan belum cukup memadai untuk menghasilkan SDM yang mampu membuat Indonesia beralih dari negara berkembang menjadi negara maju. Terlebih saat ini Virus Covid-19 melanda seluruh dunia termasuk di Indonesia. Tersebarnya virus tersebut menimbulkan suatu tantangan yang cukup besar bagi pemerintah maupun tenaga kerja di sektor pendidikan. Presiden Indonesia, Joko Widodo, mengkonfirmasi bahwa Virus Covid-19 ini masuk ke Indonesia pada bulan Maret tahun 2020.

Setelah dikonfirmasinya Virus Covid-19 di Indonesia, pemerintah meliburkan sekolah selama 2 minggu. Kemudian disusul dengan adanya pengumuman pemberlakuan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang dimulai dari Provinsi DKI Jakarta pada tanggal 10 April 2020, sehingga seluruh kegiatan pembelajaran secara tatap muka dihentikan. Kemudian, pada saat yang bersamaan, institusi pendidikan pun mulai menerapkan pembelajaran jarak jauh. Adapun tujuan dilaksanakannya kegiatan belajar-mengajar jarak jauh/daring adalah untuk mengurangi resiko penyebaran Virus Covid di Indonesia. Sebenarnya tidak hanya di Indonesia saja, melainkan negara-negara lain pun melakukan pembelajaran secara daring melalu aplikasi online seperti Zoom, Google Meet, dan lainnya.

Akan tetapi metode pembelajaran secara daring ini dilakukan tanpa ada persiapan yang cukup, sehingga kesulitan beradaptasi dari offline menjadi online learning pun dirasa sangat signifikan oleh tenaga pendidik maupun pelajar. Adanya pandemi ini juga membawa dampak yang besar di dunia pendidikan. Contoh, keterbatasan beberapa pendidik ataupun pelajar dalam mengakses internet/software berbasis online untuk KBM, menjadikan KBM tersebut kurang efektif dibandingkan dengan KBM secara offline/tatap muka. Jaringan internet juga menjadi salah satu kendala dalam KBM online.

            Banyak pelajar mengeluhkan soal materi yang sulit mereka pahami. Tak hanya materi, mereka juga mengeluh mengenai tugas-tugas yang diberikan. Terkadang beberapa guru/tenaga pendidik hanya memberikan tugas tanpa menjelaskan materinya terlebih dahulu, dan sulit bagi murid untuk belajar bersama kawan-kawannya. Maka dari itu, secara tidak langsung, pelajar dituntut bisa mandiri. Selain tugas dari sekolah, murid juga mendapat tugas rumah lebih banyak dibandingkan biasanya. Hal tesebut menjadi salah satu tantangan bagi murid dalam mengatur waktu dan kedisiplinan.

Orang tua murid turut berperan dalam mendampingi dan mendidik anak dirumah. Orang tua yang tidak bisa memahami atau menganalisa karakteristik dan kemampuan anak, terutama yang di jenjang SD, akan merasa kewalahan dalam mendampingi anaknya belajar. Bagi yang berada di jenjang SMP hingga Perguruan Tinggi mungkin tidak begitu sulit dalam menghadapi sistem pembelajaran di masa pandemi ini. Namun, tetap saja ada kalanya rasa jenuh terhadap pembelajaran daring membuat motivasi belajar sebagian dari mereka menurun, hal ini menjadi pemicu stress.

Pembelajaran secara daring membuat anak menjadi kurang bersosialisasi. Bagaimana tidak? Mereka hanya dapat berinteraksi dari depan layar selama kurang lebih 5-6 hari dalam seminggu. Hal ini bisa membuat murid merasa jenuh. Terlalu lama didepan layar smartphone ataupun laptop sudah jelas kurang baik untuk kesehatan mata. Efek radiasi yang terpancar dari penggunaan smartphone dalam jangka waktu yang lama bisa menyebabkan kerusakan pada otak. Di smartphone, terdapat gelombang elegtromagnetik dengan radiasi kuat yang dapat menembus ruang hampa dan jaringan otak. Selain itu, penggunaan smartphone berlebih juga bisa menyebabkan saraf-saraf di sekitar kepala dan wajah menjadi tegang, aliran darah tersendat. Tubuh pun akan terasa mudah lelah namun sulit untuk tidur.

Meski begitu, dengan diterapkannya pembelajaran secara online ini membuat masyarakat semakin melek teknologi. Guru, siswa, bahkan orang tua dipaksa mampu mengakses teknologi yang mungkin belum ada sebelumnya. Tentunya, hal ini berguna dalam mempercepat transformasi teknologi pendidikan. Pemanfaatan teknologi dalam dunia pendidikan pun sejalan dengan era Revolusi Industri 4.0 yang terus berkembang. Selain itu, pembelajaran secara daring pun membuat para pelajar bisa meluangkan waktu lebih untuk keluarga dirumah.

Penulis : Safa Adinda Yuliansyah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun