Mohon tunggu...
Saeran Samsidi
Saeran Samsidi Mohon Tunggu... Guru - Selamat Datang di Profil Saya

Minat dengan karya tulis seperi Puisi, Cerpen, dan karya fiksi lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyingkap Para Penyair dan Penulis Keturunan Tionghoa dari Purwokerto

10 Januari 2021   16:46 Diperbarui: 10 Januari 2021   16:49 899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun 1977 ketika ia jadi redaktur Majalah Dewi ketemu saya di Jakarta saat saya kerja di Sanggar Prathivi dan tulisan saya,  profil Pak Jendral Hugeng, Nia Daniati, Dewi Puspa dimuat di Majalah Dewi.

Banjun menulis kali pertama di rubrik anak-anak Si Kancil, majalah Liberty. Menulis puisi dan cerpen sejak 1974 dimuat di berbagai media massa di antara lain majalah Horison, harian Kompas, Suara Karya, Suara Merdeka, Berita Nasional, Masa Kini, Jurnal Indonesia, Suara Pembaruan, dan SinarHarapan.   Bukupuisinya antara lain; Rumpun Bambu (1975), Armagendon (1976), Waktu Naik Kereta Listrik (1977)

Selepas tamat dari  Sekolah Tinggi Publistik (STP) Banjun total menjadi jurnalis dan meroket kariernya. Menjadi redaktur beberpa majalah seperti Dewi, Intan dan Tiara. Redaktur pelaksana majalah berita bergambar Jakarta-Jakarta yang didirikan bersama Noorca Marendra Massardi, Yudhistira Ardi Nugraha Massardi dan Seno Gumira Adjidarma. Tahun 1978 ikut mendirikan majalah remaja Anita (Cemerlang). Karier jurnalisnya  pensiun  di Kompas Gramedia sebagai tim editor di Kompas Cyber Media

Sebagai wartawan, dia menulis buku pers: Ensiklopedia Pers Indonesia (Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1991), Menggebrak Dunia Pers (Puspa Swara, Jakarta, 1993), Rahasia Dapur Majalah di Indonesia (Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1995), dan Ensiklopedi Pers Indonesia, edisi diperbaharui (Penerbit Bisnis2030, Jakarta, 2010).

Banjun pernah menjadi petani tanaman hias dan menghasilkan buku-buku tentang tanaman hias. Antara lain, Panduan Praktis Perawatan Aglaonema (AgroMedia, 2006), Pesona Anthurium Daun (AgroMedia, 2006), Jurus Sukses Bisnis Tanaman Hias (AgroMedia, 2007), Menjadi Milyader dari Anthurium Daun (AgroMedia, 2007) dan lain-lain. Kini setelah jadi dhongkolan petani kebun ia mengelola sebuah mengelola penerbitan indie, majalah sastra Majas dan jadi lurah Kommnitas  Negeri Poci.

Oey Swan Lian,

Oey Swan Lian, nama bekennya adalah Yan Wijaya dikenal sebagai kritikus film dan heboh cuitannya tentang pabrik susu Aura Kasih sampai dipolisikan tetapi berakhir damai, kekeluargaan. Yan Wijaya lulusan SMA Bruderan Purwokerto, tinggal di Jalan Pramuka dan membuka usaha sewan buku cersil, Swan.

Semasa SR, teman-temanya yang dolan ke rumahnya melihat banyak buku cersil dan papan nama ayahnya OKT. Maka timbul gosip kalau ayahnya Swan Lian adalah Oey Kim Tiang (OKT) penerjemah  cersil legendaris. OKT ayah Swan Lian adalah Oey Khe Tjiang bukan penerjemah  cersil. Tapi keahlian dan profesi Oey Kim Tiang justru menurun ke Swan Lian atau yan Wajaya.

Sepanjang tiga dekade Yan Wijaya dikenal sebagai wartawan film. Pernah menjadi redaktur majalah Ria Film, Info, Varia remaja, Kriminilitas, Cinmags. Pemred situs Disctorra.com. Yan Wijaya telah menulis lebih dari 100 judul buku, juga menulis skenario film, FTV, sinetron, Infotaiment, Cinema Cinema di RCTI selama 15 tahun meliputi 500 episode.

Judul-judul cersil gubahan Yan Wijaya antara lain, Menara Maut, So Tat Ki Legenda Siluman Rase, Sun Go Kong, dll. Kini Oey Swan Lian sehari-harinya menonon film dan mempblikasikan film-film yang diputar di buioskop-bioskop.

Frans Kowa,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun