Mohon tunggu...
Saeran Samsidi
Saeran Samsidi Mohon Tunggu... Guru - Selamat Datang di Profil Saya

Minat dengan karya tulis seperi Puisi, Cerpen, dan karya fiksi lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bukak Kusan Wisuda Lengger Banyumas

13 November 2018   16:16 Diperbarui: 27 November 2018   18:36 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukak Kusan Wisuda Lengger Banyumas (dokpri)

Lha ... lha ... apa ana lengger dewisuda? Seperti mahasiswa saja, rampung skripsi, selesai kuliah, pakai toga, diwisuda, lalu ramai-ramai melemparkan topi ke udara. Plong, lega rasanya, bahagia dan bangga meraih gelar sarjana. Enggane, apa mung mahasiswa thok yang diwisuda? Oh, iya, anak Paud, anak TK juga bikin repot orang tua, latah diwisuda. Maka, lengger pun ada wisudanya. Apa? Benar itu?

Di Wonosobo, sedikitnya 25 penari lengger diwisuda dalam rangkaian kegiatan Rakanan Nyadran Sura Giyanti 3-7 Oktober 2018 di Dusun Giyanti Desa Kadipaten, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo. Acara yang selalu digelar setiap Sadran itu dengan sebutan "The Legend of Lengger Giyanti" Joss pisan, mbok?

Lha, Wonosobo apa ada lengger? Ada, penari lengger. Kalau lengger lha asli Banyumas. Kok, tak ada wisudanya? Ada, hanya ada di komunitas mereka. Tapi itu dulu, konon. Atau di fiksi, di trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari atau di film Darah Mahkota Ronggeng dan Sang Penari.

Ooo ... jadi Pemerintah Kabupaten Banyumas belum pernah mengadakan wisuda lengger secara massal dan dikemas dalam rangkaian paket wisata budaya Banyumas seperti wisuda lengger di Wonosobo? Seperti juga wisuda penari gandrung di Banyuwangi? Aduh, kaciaan deh, nanti kalau diaku tetangga seperti kenthongan yang sudah didaftarkan ke Kemenhum oleh tetangga bagaimana?

Eeeh ... itu wisuda gandrung Banyuwangi, bagaimana si?  Oh, maenpisan. Bersamaan dengan peresmian TGT (Taman Gandrung Terakota) oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya dipentaskan drama musikal "Meras Gandrung" di amfiteater terbuka TGT. Seni pertunjukan rakyat ini mengisahkan proses yang menandakan seseorang siap menjadi penari Gandrung. Proses ini biasa disebut wisudanya penari Gandrung, tari berbasis tradisi rakyat yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Bukan Benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Banyuwangi pancen oyeee! Banyumas ketinggalan jauh dalam mengelola budayanya. Lengger yang mendunia lewat Dariah, Riyanto, Otniel Tasman dan Ahmad Tohari melalui novelnya dibiarkan berkembang sendiri dan memang kelihatannya Pemkab Banyumas belum menggarapnya secara serius, kolosal sebagai ikon Banyumas seperti Gandrung di Banyuwangi.

Wis ... wis ... rumput tetangga memang terlihat lebih rimbun ijo royo-royo. Bagaimana dengan bukak kusan yang katanya wisudanya lengger. Eh, sebentar. Bukannya bukak klambu wisudanya lengger seperti Srintil yang dirawat oleh suami istri Kartaredja demi leluhur warga Dukuh Paruk Ki Secamenggala, lelang keperawanan dalam upacara bukak klambu sebagai sarana untuk menjadi lengger profesional? Oh, itu hanyalah fiksi dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk.

Untuk menandai seorang penari lengger benar-benar jadi lengger, maka calon lengger tersebut perlu melakukan uapacara bukak kusan. Masalah bukan kusan ini sudah banyak diteliti untuk dijadikan skripsi oleh para mahasiswa. Agar jadi lengger yang ngedap-edapi maka perlu laku nginthil dan jadi unthul untuk mendapatkan indhang. Indhang lengger manjing ke dirinya.

Wisudawati lengger harus nglakoni tirakat, tapa brata yaitu priatin, puasa Nyenen-Kemis, ngasrep makan tanpa garam. Lalu tapa ngrame adalah latihan menari lengger secara intens. Tahap selanjutnya yang harus dijalani adalah mandi di tujuh belik atau sendang di malam bulan purnama dan ritus berikutnya mandi di sumur keramat. Wah ... wah ... berat sekali ya. Di mana cari tujuh belik dan sumur keramat? Itu kisah lengger jaman dahulu.

Ritual puncak adalah Gebyak Lengger. Nah, Gebyak Lengger inilah yang disamakan dengan wisuda penobatan lengger dilakukan pada waktu malam Jumat Kliwon. Perlu menyediakan ubo rampe sesajian antara lain, cemara, pengilon, minyak wangi, rokok, bedhak dan senthir.

Gebyak lengger diperagakan dengan mbukak kusan. Kepala calon lengger ditutupi dengan kusan (anyaman bambu bentuk kerucut untuk adang saat menanak nasi) sebagai simbol membuang rasa malu agar bisa ngglengger secara ekspresif. Pada gebyak lengger ini iringan calung  adalah lagu gendhing Banyumasan, Eling-eling, Sekar Gadhung ataupun Ilogondhang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun