Mohon tunggu...
Saeran Samsidi
Saeran Samsidi Mohon Tunggu... Guru - Selamat Datang di Profil Saya

Minat dengan karya tulis seperi Puisi, Cerpen, dan karya fiksi lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang Bambang Set Seniman Banyumas Serba Bisa

21 Juli 2018   16:40 Diperbarui: 21 Juli 2018   16:55 1097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang tidak kenal Bambang Set  seniman Banyumas yang kerap membuat kejutan-kejutan yang kontroversial,  adalah seniman serba bisa. Set menggeluti seni rupa khususnya seni lukis, lalu teater dan menggelegar sebagai penyair diskotek. (Abdul Wachid BS "Pencarian Puisi Manager Diskotik" Minggu Pagi, 1977)

Bambang Set, lengkapnya Bambang Setiana,   lahir di Purwokerto, 21 Juli 1952 dari keluarga yang retak. Umur enam tahun ayah ibunya bercerai dan ia dibesarkan oleh Pak Dhe dan Bu Dhe-nya yang penuh keteraturan dan  disiplin.

Bakat melukisnya mulai kelihatan kala di SMP yang sekelas dengan saya. Saya membuat cerita  dan Set yang menggambar  illustrasinya. Tamat SMP ia mendaftar ke SMAN 2 saya ke SMA Bruderan. Namun, tak betah, ia ingin mengembangkan hobinya melukis lalu pindah ke SESRI (Sekolah Seni Rupa) Yogyakarta. Di SESRI pun Bambang Set dropout, katanya salah jurusan.

Sejak itu, saya tak pernah bertemu dengan Bambang Set. Nah, pada tahun 1973 saya bertemu kembali dengannya dan berkumpul di rumah Wahyu Mandoko dan adiknya Didi Wahyu yang bermarkas di Ahmad Yani I/369 sebelah barat SMA Bruderan. Bambang Set. Dropout dari SESRI, saya dari Sanata Dharma, Wahyu Mandoko Kedokteran Universitas Sultan Agung dan Didi Wahyu ITB, semuanya dropout-an.

Dari melukis Set mulai menekuni teater. Bergabung dengan Teater Rosana di bawah sutradara Erani Jaya pentas beberapa kali di Purwokerto. Pada tahun 1974, bersumber pada koran Berita Yudha Minggu, 21 April 1974, Teater Rosana dengan sutradara Erani Jaya pada 19 Maret 1974 berhasil menggebrak Purwokerto dengan memperkenalkan teater modern dalam pentasnya di Gedung Kesenian Soetedja dengan menggelar dua naskah sekaligus.

Suara-suara Mati karya Emmanuel van Logem dimainkan oleh Erani Jaya sebagai suami merangkap sutradara, Bambang Set sebagai sahabat, Yani Bharata sebagai istri. Dimas Yoto, bujang, Aris Munandar dan Endang Pardjo sebagi suami istri khayali.

Demikianlah Bambang Set awal mula berkesenian berteater dengan Teater Rosana pimpinan dan sutradara Erani Jaya. Bambang Set. terlibat sebagai pemain, pentas di halaman dalam SMP Bruderan dengan lakon si Lumpuh dan si Buta. Pentas di Gedung Kesenian Unsoed lama di Jln. Ragasemangsang dan terlibat dalam produksi yang ke sekian kalinya Teater Rosana seperti Sepasang Merpati Tua karya Bakdi Sumanto dan Dua Wajah karya Edi Suhendro di Auditorium RRI Purwokerto.

Tahun 1976 Teater Rosana bubar,  Bambang Set. ke Jakarta untuk menimba ilmu di IKJ tahun 1977, ambil jurusan teater. Pulang kampung mengasuh Teater 77 SMA Kristen sampai tahun 1982  menggarap naskah-naskah serius seperti Wot Atawa Jembatan, Mega-mega, Aduh, Dag Dig Dug, Tengul dll, ada sekitar 13 produksi.

Saat itu, tahun 1979 saya mengajar di SMKI Purwokerto dan SMA Bruderan selalu menggiring murid-murid saya untuk menonton pentas Teater 77 yang berbasis di SMA Kristen Purwokerto di Gedung Kesenian Soetedja. Jelas pentas Teater 77 pasti penuh penonton karena saya pasti menggiring siswa saya minimal 100 anak dari dua sekolah, mereka pun berbayar. Anak buahnya antara lain,  siswa  SMA Kristen seperti Dadang, Budi, Yoga Sugama  dan Thomas Haryanto Soekiran. Ada pula dari luar sekolah yaitu Lukman Suyanto, Haryono Sukiran dari Purbalingga.

Bambang Set pernah mengundang teater almamaternya Teater Lembaga dengan sutradara Edie de Ronde  pentas di Gedung Soetedja. Bambang Set.  pernah berkeliling Jawa Tengah dengan membawakan topeng. Set pun pernah membintangi sinetron produksi TVRI Sebatas Cakrawala (1986) dan Lini Terakhir (1993)

Kiprah sebagai penyair, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun