Mohon tunggu...
Saeran Samsidi
Saeran Samsidi Mohon Tunggu... Guru - Selamat Datang di Profil Saya

Minat dengan karya tulis seperi Puisi, Cerpen, dan karya fiksi lain

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

"Kamandaka Back Street"

17 Maret 2018   16:05 Diperbarui: 17 Maret 2018   16:07 1154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembaca yang budiman, salah satu legenda tepatnya babad yang paling populer dari Banyumas yaitu babad Pasirluhur yang mengisahkan tentang pengembaraan  Raden Banyak Catra, putra Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran untuk mendapatkan istri. Saking populernya, Kamandaka dijadikan produk seni apa saja seperti tari, sendratari, kethoprak film bahkan dibuat patung serta dijadikan nama kereta api jurusan Purwokerto Semarang.

Pembaca yang budiman, saya tidak akan menulis kisah Kamandaka yang tentu saja cukup panjang tapi saya akan kisahkan episode  percintaan antara Kamandaka dengan sang kekasih Dewi Ciptarasa yang tengah berpacaran secara sembunyi-sembunyi alias back street, jalan belakang.

Alkisah,  Raden Banyak Catra tengah dipersiapkan untuk menggantikan kedudukan ayahnya menjadi raja. Namun syarat untuk menjadi raja, Raden Banyak Catra harus memiliki istri terlebih dahulu. Akhirnya Raden Banyak Catra pergi mengembara untuk mencari pendamping hidup. Raden Banyak Catra menyamar sebagai rakyat jelata dan berganti nama menjadi Kamandaka. Kamandaka terdampar di Pasirluhur, sebuah Kadipaten suatu wilayah di Banyumas yang dipimpin oleh Adipati Kandhadhaha.

Hatta, suatu ketika Adipati Kandhadhaha mengadakan kegiatan untuk hiburan rakyat dengan acara penangkapan ikan di sungai secara beramai-ramai. Kamandaka yang telah diangkat anak oleh Ki Reksanata seorang patih Pasirluhur pun ikut menangkap ikan. Di acara kegiatan penangkapan ikan di sungai tersebutlah saat pandangan mata pertama Kamandaka berjumpa dengan putri bungsu Adipati Kandhadhaha Raden Rara Ciptarasa.

Cinta pertama bersemi, dari mata turun ke hati, saat mereka mencari ikan di kali. Rupanya dua hati saling berterima, dari pertemuan pertama itu akhirnya dilanjutkan dengan pertemuan-pertemuan berikutnya, namun ada rintangan bagi mereka. Adipati Kandhadhaha ayahanda Rr. Ciptarasa tak berkenan dan melarang putri bungsunya berhubungan dengan Kamandaka yang hanyalah rakyat jelata.

Walau rintangan menghalang, cinta yang mulai mekar berkembang terlarang, Kamandaka harus mencari siasat untuk tetap bisa memadu cinta dengan sang kekasih yang sudah diyakini akan nanti menjadi sang istri.

Pembaca yang budiman, kocap kacarita di Taman Kaputren Kadipaten Pasirluhur, Rr. Ciptarasa  dan dayang-dayangnya sedang bersuka ria menghibur diri sambil berharap-harap cemas sang pujaan hati akan datang berkunjung untuk apel. Memang saat itu waktunya  wakuncar bagi Kamandaka dan Rr. Ciptarasa dengan berdebar-debar menanti kedatangan kangmas Kamandaka. Dunia seakan ditaburi berjuta bunga dihiasi pelangi mewangi. Maklum, itulah dunianya orang yang sedang jatuh cintrong.

Setelah para biyung emban dayang dayang kaputren beristirahat setelah nembang parikena sambil menari untuk ndara putrinya, Rr, Ciptarasa pun berujar, "Aduuuh ... matur mbahnuwun ... matur mbahnuwun .." demikian Rr. Ciptarasa sambil menghela napas lalu, "Jan enyong kesuwun banget sama  kamu semua yang sudah menghibur saya, khususnya untuk Mbekayu Riwen dan Mbekayu Glindhing yang sudah bersusah-susah menghibur enyong yang lagi ....."

"Jatuh cintrooong ......!" Kedua biyung emban kompak koor menyahut sambil ngedeprok duduk  tertawa ngakak lalu mesam-mesem cengengesan  ngledek tuan putrinya.

"Lagi kenang apa Nding ..?" Seru Mbekayu Riwen. "Jatuh cintrooong ...!" Mbekayu Glinding menyahut, lalu "Sejuta rasanyaaaaa ....!" Riwen menimpali.

Glindhing, "Aaah ... Nini Riwen. Memang kalau orang lagi lara wuyung, jatuh cinta, ya seperti ini. Siang, malam, setiap hari, setiap jam, menit, detik .... kebayang-bayang terus, rindu dengan Kangmas Raden Kamandaka"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun