Padahal jaman itu, nasib guru masih memprihatinkan, jarang anak muda ingin jadi guru, kecuali anak desa yang ingin cepat kerja. Ketika saya dulu masuk IKIP, saya diejek teman-teman, karena IKIP adalah perguruan tinggi kw 2. Hanya siswa-siswa berprestasi rendah yang masuk ke sana. Sekarang, oooo ... berjubel mahasiswa di program ilmu pendidikan, lebih-lebih di PGSD. Yah, sekarang berkat sertifikasi banyak guru yang bermobil. Dulu, guru punya sepeda saja sudah mewah.
Akhirnya kisah guru "zaman old" ini sedikit demi sedikit mulai bersinar ketika Pak Sartono guru seni musik di sebuah sekolah swasta di Madium menciptakan lagu Hymne Guru pada tahun 80-an. Pada bait terakhir  inilah yang membawa nuansa pilu seorang guru :Â
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan, engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan, engkau patriot pahlawan tanpa jasa. Kata pahlawan tanpa jasa ini kemudian pada tahun 2007 diganti dengan engkau patriot pahlawan bangsa, pembangun insan cendekia.
Dalam lingkaran seni bagaimana kondisi dan keprihatinan seorang guru bisa kita dengarkan lagunya Iwan Fals "Oemar Bakrie" dan filmnya yang dibintangi S. Bagyo serta puisinya Hartoyo Andangjaya atau lebih pilu  "Kapan Sekolah Kami Lebih Baik dari Kandang Ayam" karya Prof. Dr.  Winarno Surakhmad. Mari kita simak puisi Hartoyo Andangjaya di bawah ini :
DARI SEORANG GURU KEPADA MURID-MURIDNYA
Karya : Hartoyo Andangjaya
Â
Apakah yang kupunya, anak-anakku
selain buku-buku dan sedikit ilmu
sumber pengabdian kepadamu
Â