Mohon tunggu...
Saeran Samsidi
Saeran Samsidi Mohon Tunggu... Guru - Selamat Datang di Profil Saya

Minat dengan karya tulis seperi Puisi, Cerpen, dan karya fiksi lain

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Maurinta Young Lady yang Manja Kolokan Suka Merajuk

11 Februari 2018   09:50 Diperbarui: 11 Februari 2018   10:36 1194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://rebanas.com

Oh, Latifah Primadona Kompasiana. Ya, kutulis Latifah bukan Maurent "Young Lady" cantik dan selalu cantik, cantik di mana-mana tersebar cantik di semua tulisannya, oh gadis cantik dari Paris van Java. Maurent begitu sering disapa para sobatnya di geng di Kompasiana. Kali ini bukan rasa kagumku yang kutulis, bukan juga rasa kalah jauh darimu oh, Young Lady,  tapi rasa kecewaku yang membuncah karena aku tak bisa melaksanakan saranmu. Tak mampu melakukan nasihatmu, tak sanggup aku memraktikkan metodemu. Maaf Young Lady yang cantik.

Pernah aku menulis tentang kamu kan? Kamu kugelari Primadona Kompasiana, telah kau bacakah? Dan kini kutulis lagi tentang kau Young Lady karena kau gundah yang menjadikanmu kecewa dan mengigit bibirmu yang aku yakin pasti mungil menggemaskan, bukan? Yah, aku maklum, kayanya kau gadis yang sensitif, manja dan romantis.

Maka ketika kau sempat membaca dua artikel yang membahas tentang komplain atas kolom terpopuler dan nilai tertinggi kau menyanggahnya dengan cantik bahwa hal itu tidak 100% benar. Kutak mau sependapat dengan asumsi mereka bahwa yang tulisannya masuk ke katagori terpopuler dan nilai tertinggi tak mencerminkan kualitas tulisannya, ya, saya tak setuju.

Namun jujur ketika kuamati yang selalu nongol di HL atau terpopuler, nilai tertinggi itu-itu saja aku sependapat. Jadi jangan kau lalu cemberut sedemikian rupa. Lalu menggigit bibirmu yang mungil dengan cantik. Kau  kecewa dengan cantik, ada rasa segan, tidak enak, dan sedikit kesal ketika berkompasiana juga dengan cantik. Wah, walau lagi galau, gundah, kau  cantik. Luar biasaa!

Maurent, eh .. Wigati, up salah .. Latifah, betah-betahkan saja tinggal di rumah karena itu rumah tempat kau dibesarkan, rumah tempat kau berkompasiana. Jangan berprasangka ada yang iri hati. Santai saja, cuek. Apalagi dengan menuduh, eh membuat kredo pembelaan dalam beberapa point. Rasa iri, ingin mencari perhatian, keluhan tentang kolom terpopuler dan nilai tertinggi jadi ajang pesona. Dan menganggap tulisan yang menjadikan kau emosi punya maksud ingin tebar pesona, cari perhatian dan gampang dikenal.

Latifah, Young Lady nan cantik. Memang bukan hal yang mudah untuk bisa menulis dengan baik, sebagus tulisan yang biasa nangkring di kolom terpopuler dan nilai tertinggi. Benar juga bahwa seorang penulis yang baik mampu membentuk jati dirinya, dengan gaya dan karakter khas penulis. Ya, memang kucoba juga ciri khasku sebagai seorang penulis dari Tlatah Penginyongan, Banyumas. Warnaku warna ndeso, eh, ndesa, kerap menampilkan budaya dan regional.  Kutak mampu menulis yang berskala nasional apalagi internasional.

Kuanggap karakter tulisanmu adalah muda, centil, romantis dan banjir kata  atau istilah yang menggunakan bahasa Inggris. Gaya teenlit lah, itulah ciri kau Young Lady. Ini berlawanan dengan seleraku, jujur. Jadi maafkanku ya sayang, jarang kubaca unggahanmu itu. Cerpenmu? Aku lebih  selera cerpennya Lilik Fatimah Azzahra yang dari Malang itu. Tapi rekam jejak digitalmu di Kompasiana kukatakan spektakuler.  Pernah kutulis tentang kau bukan? Mengapa tidak kau sapa  di tulisanku sayang. Tak mengapa.

Nah, kau memang tak bersalah, sayang. Young Lady benar sekali bila kau ngefan sama Calvin Wan, yah namanya anak muda. Benar sekali jika kau, Young Lady  sebagai fiksianer yang romantis sejati yang cantik. Ngaku jujur ku takan sanggup duduk di menara itu yang selalu tulisanmu nongkrong di sana di kolom terpopuler dan  nilai tertinggi. Mengapa? Karena ku tak bisa  memenuhi nasihatmu, saranmu yang telah kau buka rahasianya.

Ya, interaksi, perbanyakanlah interaksi. Blogwalking, jalan-jalan ke lapak milik Kompasianer lain. Sapalah mereka, berilah vote dan komentar, tebarkan kesan positif. Itu kulturnya, itu rumusnya. Tiap rumah pasti punya budayanya masing-masing, tiap rumah juga punya kuncinya sendiri-sendiri. Nah, interaksi inilah kunci di Kompasiana. Ya ... ya .. aku mengerti, namun aku tak bisa apalagi kalau ditambahi akhir tulisan dengan "hanya sekadar berbagi" atau "hanya sekadar berpikir"

Jujur, aku ngaku saja, Mbak ... eh .. Teteh, eeehh .. salah lagi, Young Lady yang cantik. Aku ini orang "zaman old" bukan generasi milenial. HP android pun aku tak punya, kalau pinjam punya anak pun aku tak bisa mengoperasikannya. Memang aku gagap teknologi, maklum wong ndesa.  Ketika aku ingin komentar waktu diminta login, aku bingung. Akhirnya tak bisa komentar apalagi ikut diskusi atau saling sapa sekadar basa-basi.

Latifah, Young Lady yang cantik. Aku berkompasiana, ya karena kesasar atau kebetulan. Saat itu aku jadi Cebongers (mengaku) untuk bisa mendukung idolaku akhirnya aku curahkan di Kompasiana. Lalu ketika hajatan tahun 2014 rampung, aku pun rampung, berhenti. Eh, menjelang tahun politik aku bangun lagi dari tidurku. Untung tak tewas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun