Mohon tunggu...
Saeran Samsidi
Saeran Samsidi Mohon Tunggu... -

Saeran Samsidi alias Pak Banjir wong Banyumas sing coag, cablaka tur semblothongan!

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Pilkada 2018 dan Dewan Kesenian Banyumas Sekarat

23 Januari 2018   15:28 Diperbarui: 23 Januari 2018   15:33 1362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya  singkatannya DKKB, kepanjangan dari Dewan Kesenian Kabupaten Banyumas, hasil dari Musda I tahun 2003 saat Aris Setiono menjabat Bupati Banyumas. Menjelang Pilkada 2018 perlu kilas balik  tentang DKKB karena salah satu calon wakil bupati yang akan maju berkontestasi telah mengunggah profil dengan menyertakan daftar riwayat hidupnya. Dalam bagian pengalaman berorganisasi pada butir 11 ia menjabat sebagai Ketua Umum DKKB (Dewan Kesenian Kabupaten Banyumas) Tahun 2014-2019.

Ketika sang calon peserta kontes Pilkada 2018 itu ditetapkan menjadi ketua DKKB melalui Musda III akhir tahun 2013 di auditorium UNWIKU (Universitas Wijaya Kusuma) terjadi protes di kalangan para seniman muda atas terpilihnya sang calon menjadi ketua umum DKKB. Mereka memboikot dan menuduh panitia Musda terindikasi kepentingan politik dan memasukan orang-orang yang tidak memiliki kompetensi di bidang seni.

Mereka protes, memboikot dan tidak mengakui DKKB dengan alasan kecurigaan tanpa data dan fakta. Kelompok ini gagal paham akan AD/ART DKKB yang menjadi dasar acuan penyelenggaraan Musda. Mereka tidak memiliki hak suara karena bukan anggota DKKB dan sudah diberi dispensasi tetapi malah walk out sebab kalah jumlah dengan anggota yang memiliki hak suara. Akibatnya mereka mengadu ke Achmad Husein, Bupati Banyumas untuk membatalkan hasil Musda dan menuntut diadakannya Musda ulangan. Bupati menolak usulan tersebut dan tetap melantik Ketua Umum DKKB terpilih beserta jajaran pengurusnya.

Nah, itu kilas balik terpilihnya sang calon menjadi Ketua Umum DKKB. Walau kisruh Bupati tetap mengakui dan melantiknya, malah kini digandengnya sebagai wakilnya untuk berkontestasi dalam Pilkada 2018. Namun, DKKB periode 2014-2019  gagal eksis. Amleng, tak ada denyut, nyaris tak pernah rapat, kumpul-kumpul dopokan dan kegiatan seni hanya kadang-kadang kalau lagi kober, apalagi menjalankan program dan amanat AD/ART.

Riwayat DKKB,

DKKB adalah kelanjutan dari Dewan Kesenian Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas yang dikukuhkan dengan SK Bupati Aris Setiono nomor 431/538/1999 dengan ketua Bambang Hartono, Walikota Kotatif Purwokerto. Sebelumnya organisasi ini bernama BKB (Badan Kesenian Banyumas) yang diketuai Achmad Tohari.

Saat itu, tersiar kabar bahwa pemerintah akan membongkar Gedung Kesenian Soetedja untuk dijadikan Gedung DPRD Kabupaten Banyumas. Maka serentak para seniman bergolak menentangnya akan demo. Buru-buru, Pemda berusaha mengumpulkan para seniman untuk berdialog di Pendopo Kotatif. Saat itu, Bupati Djoko Sudantoko, berkompromi tidak jadi membongkar Soetedja dan berjanji akan membangun gelanggang remaja di kompleks GOR Satria. Janji yang tak pernah terealisasi.

Untuk meredam gejolak dan menyalurkan ekspresi komunitas seni anak muda, pemerintah pun membentuk BKB tetapi mengalami kevakuman ketika sang ketua Achmad Tohari mengundurkan diri. Di tingkat provinsi dibentuk DKJT (Dewan Kesenian Jawa Tengah) dengan payung hukum Instruksi Mendagri nomor 5A tahun 1993. Atas dasar surat edaran gubernur Jateng, Bupati Djoko Sudantoko membentuk DKD ( Dewan Kesenian Daerah) Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas yang pada akhirnya juga vakum.

Pada tahun 2003 difasilitasi Kabid Kebud Disparbud, Hardi, DKD dihidupakan kembali. Saeran Samsidi ditugasi untuk menyusun desain, rancangan Musda dan AD/ART. Musda dilaksanakan di Gedung Korpri, hasilnya DKD diubah menjadi DKKB. Terpilih melalui voting seru Bambang Set sebagai ketua umum.

Begitulah riwayat terbentuknya DKKB. Pada periode pertama, DKKB mengayuh prestasi luar biasa. Menjadi duta seni Banyumas pada ajang internasional Mezinarodni Folklorni Festival, 12 -- 18 Juni 2007 di Frydek-Mistex  Republik Ceko Eropa Tengah yang diselenggarakan oleh CIOFF / UNESCO. Kemudian tampil di Dataran Merdeka Kuala Lumpur Malaysia  mengikuti International Drum Festival pada akhir Desember 2007. Sungguh raihan prestasi membanggakan tlatah Banyumas  dalam memperkenalkan seni budaya banyumasan di kancah internasional.

Selain itu, kiprah  DKKB kala itu antara lain Pawai Budaya  yang kemudian diadopsi oleh Panitia Hari Jadi Banyumas menjadi Banyumas Extravaganza.  Selain Pawai Budaya, setiap akhir tahun DKKB menggelar Pentas Seni Tradisional yang Hampir Punah seperti bongkel, menoreng, gubrak lesung, rodhat, rengkong dll. Tergelar juga Jambore Teater Pelajar, Olimpiade Dongeng, pameran lukisan, lokakarya dan penelitian tari tradisional, Lomba Keroncong Pelajar, Pentas Cakenjring Kolosal dengan  300 personel pada hari Jadi Banyumas, 6 April 2008.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun