Mohon tunggu...
Saepullah
Saepullah Mohon Tunggu... Guru - Aku adalah manusia pembelajar, berusaha belajar dan juga berbagi info yang baik untuk perbaikan diri selaku manusia. Melihat info yang kubagikan bisa melalui: https://www.ceritasae.blogspot.com https://www.kompasiana.com/saepullahabuzaza https://www.twitter.com/543full https://www.instagram.com/543full https://www.youtube.com/channel/UCQ2kugoiBozYdvxVK5-7m3w menghubungi aku bisa via email: saeitu543@yahoo.com

Aku adalah manusia pembelajar, berusaha belajar dan juga berbagi info yang baik untuk perbaikan diri selaku manusia. Melihat info yang kubagikan bisa melalui: https://www.ceritasae.blogspot.com https://www.kompasiana.com/saepullahabuzaza https://www.twitter.com/543full https://www.instagram.com/543full https://www.youtube.com/channel/UCQ2kugoiBozYdvxVK5-7m3w menghubungi aku bisa via email: saeitu543@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Asa dan Cinta dalam Kehidupan di Pesantren

16 Oktober 2016   12:37 Diperbarui: 16 Oktober 2016   13:03 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="poster nobar CCP (dok taudariblogger-fullframepictures)"][/caption]Film yang diproduseri oleh ustadz Yusuf Mansyur ini bisa dijadikan contoh religius dalam balutan film remaja. Tema yang diangkat dengan tema pesantren memberikan kisah spiritual yang inspiratif kepada penonton.
Meski dengan tema bernuansa pesantren, namun film dengan durasi lebih dari 120 menit ini menyajikan kisah perjuangan remaja. "Ada kisah haru, dan ceria tergabung menjadi satu kisah perjuangan menata asa," ucap Yusuf Mansur saat diwawancara.

[caption caption="berfoto bersama ust Yusuf Mansyur selaku produser CCP (dokpri)"]

[/caption]Film ini mengisahkan tentang seorang remaja bernama Sila berdarah Batak (Sumatera Utara). Sila seorang wanita pemberani dalam memperjuangkan hak-haknya. Sila diberi pelajaran dari ayahnya bahwa cara berbuat baik dengan memberi contoh saat berada di perpustakaan. Sila (diperankan Yuki Kato) menjalin hubungan yang erat dengan sang ayah hingga keputusan sang ayah agar Sila melanjutkan ke pesantren. Sila menentang keputusan orang tuanya, hingga ayahnya sangat tidak disukainya karena keputusan tersebut.
Sila yang nakal akhirnya bisa melanjutkan ke pesantren. Kehidupan baru Sila pun dimulai. 

Sila pun mempunyai sahabat: Aisyah yang dari Padang, Manda dari Malaysia, dan Cut dari Aceh. Kehidupan baru Sila pun dimulai dengan persahabatan mereka. Komedi yang dihadirkan dalam film Cahaya Cinta Pesantren ini. Bahkan tidak terasa kalau film ini menghabiskan waktu selama lebih dari 2 jam. Film yang sangat lama, namun tidak membuat bosan kepada penonton.
Kisah konyol Sila selama pesantren membuat film ini semakin menarik. Kisah percintaan remaja pun turut menghiasi dengan hadirnya Rifky (diperankan Fachri Muhammad), seseorang kakak kelas yang Sila idam-idamkan. 

Ternyata Sila juga memiliki fans dengan hadirnya Abu (diperankan Risky Febian) yang menyukai Sila dengan kekonyolan nya melalui cara 'pedekate' kepada Sila. Gaya tengil Sila membuat tak hentinya perut dikocok saking lucunya. Sila ynag mengajak Manda untuk pergi keluar pesantren, namun akhirnya kembali ke pesantren dengan sendirinya. Sila juga yang memberikan pembelajaran kepada Manda (diperankan Febby Blink) untuk bisa berpidato dengan caranya Sila yang konyol. Hingga Sila mengibaratkan sebuah gelaga yang ada di atas tangannya sebagai simbol persahabatan mereka yang menampung segala air mata keceriaan maupun kesedihan selama di pesantren.

[caption caption="wefie Taudariblogger saat nobar CCP"]

[/caption] Film dengan genre remaja ini memberikan sebuah pesan bahwa hidup di pesantren akan jauh lebih baik untuk mengubah sikap dan prilaku sang anak dengan cara pndewasaan tersendiri bagi sang anak.
Kisah persahabatan mereka tidak urung terjadi perselisihan. Sila dengan Cut (Vebby Palwinta) turut menghiasi jalannya rasa persahabatan. Pun antara Sila dengan Aisyah (Sivia Blink) semakin erat persahabatan yang terjalin.
Jika kisah pesantren dalam film pernah ditampilkan semisal dalam film Negeri 5 Menara, Pesantren Rock&Roll, namun film Cahaya Cinta Pesantren menampilkan kisah unik di pesantren dengan kelucuan yang segokil-gokilnya.
Film dengan arahan sutradara Raymond Handaya, tidak urung terdapat kelemahan diantaranya yaitu kesalahan logat para pemain dengan asalnya mereka. Namun hal tersebut justru semakin menjadi hidup akting dari pemainnya.
Kelemahan lainnya yaitu ada beberapa kisah dari pesantren yang justru menampilkan kisah berbeda dengan pesantren yang ada pada masa sekarang. Hal tersebut sengaja dibuat untuk pendramatisiran film justru semakin hidup.
Menyaksikan film ini semakin membuat terpesona dengan gaya pesantren untuk semakin dicinta oleh masyarakat.

[caption caption="foto duet dengan Haryanto Tian selaku produser film (dokpri)"]

[/caption]Film yang akan rilis 22 Oktober 2016, diproduseri pula oleh Haryanto Tian ini seakan tidak dirasakan cacatnya, bahkan jika harus memberi rating maka film ini bernilai 9/10 dengan kualitas dan segi sinematografinya yang bermain. "Film ini mengambil lokasi syuting di Medan, dan dibuat finishing film di Bangkok," ujar Tian di sela nobar dan gathering ASPIRASI (Asosiasi Penulis Inspirator Indonesia) yang berlangsung di Djakarta Theatre, Thamrin pada Sabtu (15/10).
Selamat menyaksikan film dengan keindahan alam Medan dan budayanya berpadu dengan nilai religius dalam film.

[caption caption="poster nobar"]

[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun