Mohon tunggu...
Saepul Alam
Saepul Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hidup hanya sekali, Jangan menua tanpa karya dan Inspirasi !!!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemerintahan Mahasiswa dan Politik Kampus

29 Juni 2022   19:56 Diperbarui: 3 Februari 2024   16:02 1483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: IsolaPos.com

Ada sebuah pertanyaan klasik yang seringkali muncul dalam benak mahasiswa hari ini. Mengapa harus repot-repot berpolitik di kampus?, Untuk apa membentuk koalisi atau rekonsiliasi politik ala mahasiswa?, Untuk apa bertarung dan memperebutkan pengaruh dari seluruh kawan-kawan mahasiswa kita?. Tidaklah cukup dakwah dengan menggunakan bil hal-bil lisan-bil qolam tanpa harus gontok-gontokan dengan organisasi lain katakanlah organisasi Aquaman vs organisasi Batman. Tidak lah cukup berdakwah secara kultural dan fardiyah?

Dalam hal ini banyak sekali pertanyaan yang perlu diajukan, sebelum kita istiqomah dan benar-benar mantap untuk masuk dalam kancah politik kampus. Karena realitasnya hari ini banyak mahasiswa yang sudah risih dengan Istilah politik.  Untuk menjawab sekelumit pertanyaan tersebut perlu diadakan pembacaan yang komprehensif terhadap realitas kampus dan paradigma gerakan. Hal ini tentunya merupakan sesuatu yang sangat penting dipahami oleh mahasiwa hari ini. Dengan adanya paradigama dan bacaan yang komprehensif maka stratak (Strategi dan taktis) dalam perjuangan akan mendapatkan arah yang jelas.

Awal mula kita harus memahami mengenai Urgensi politik kampus, yang mana hal ini tidak bisa kita pungkiri bahwa kampus merupakan tempat lahirnya cadangan pemimpin masa depan bangsa. Sejarah telah mencatat dan membuktikan bahwa tokoh-tokoh besar dan berpengaruh pernah digembleng di kampus, misalnya Soekarno dan Muhammad Hatta. Kedua tokoh ini menjadi founding father bangsa Indonesia dan menjadi tokoh sentral dalam sejarah kemerdekaan. Kampus sebagai miniatur negara menjadi tempat yang layak, karena didalamnya terjadi proses kaderisasi untuk menyemai benih-benih pemimpin bangsa.

Jika mencermati gerakan mahasiswa saat ini Ide-ide Revolusi sistemik, pemerintahan kaum muda (Junta muda) dll. merupakan sebuah tawaran segar yang tentunya memerlukan suatu telaah yang mendalam salah satunya Pemerintahan mahasiswa. Pemerintahan mahasiswa dapat diartikan sebagai pelembagaan kepentingan politik mahasiswa dalam format negara mahasiswa, namun tidak sama dengan negara dimana konsepnya tidak lepas dari negara. Kalau boleh disederhanakan pemerintahan mahasiswa adalah gerakan mahasiswa yang dilembagakan.

Pemerintahan mahasiswa memiliki lima prinsip dasar yakni moralitas, intelektualitas, politis, independen, dan sejajar.

Pertama, Gerakan moral

Sebelum gagasan gerakan mahasiswa ini kita kembangkan lebih jauh, agaknya kita harus terlebih dahulu bercermin pada diri kita terlebih dahulu. Gerakan mahasiswa terlepas dari idiologinya, dibesarkan dan dilahirkan oleh mahasiswa itu sendiri yang sedikit banyaknya terpengaruh oleh suasana lingkungan kampusnya dan latarbelakang akademis. Dengan kata lain, mahasiswa adalah unsur dari gerakan mahasiswa itu sendiri. Secara umum masyarakat memandang bahwa mahasiwa sebagai bagian kecil dari komunitas terdidik di negara ini. Tapi yang menggelikan tidak semua mahasiswa menyadari anugrah yang disandangnya. Bagi saya sebuah ironi ketika mahasiwa meneriakan slogan-slogan moralitas tatkala mahasiswa yang lainnya tidak bermoral. Seks bebas, ayam kampus, narkoba dll adalah sebuah fenomena yang tidak begitu saja dihilangkan dari ingatan kita. Jika mahasiswa seperti ini diberikan kesempatan memegang kendali, apa jadinya.

Kedua, Gerakan Intelektual

Gerakan mahasiswa yang berpatron pada gerakan intelektual memang diharapkan menghasilkan rumusan dan solusi konkret permasalahan bangsa sesuai dengan kapasitas keilmuan yang dimiliki. Jika harapan ini terimplemtasi maka sebuah kebahagiaan bagi masyarakat. Mahasiswa menjadi bagian komunitas yang peduli terhadap rakyat miskin yang tertindas. Dalam hal ini perlu dikembangkannya konsep Intelektual profetik. Konsep ini dapat di definisikan sebagai gerakan yang meletakan keimanan sebagai ruh atas penjelajahan nalar akal, gerakan yang mengembalikan secara tulus dialetika wacana pada prinsip-prinsip kemanusiaan yang universal, gerakan yang mempertemukan nalar akal dan nalar wahyu pada usaha perjuangan perlawanan, pembebasan, pencerahan, dan pemberdayaan manusia secara organik.

Dengan konsep Intelektual profetik ini, maka gerakan mahasiwa akan menjadi patron bagi masyarakat untuk melakukan pencerahan dan penyadaran. Namun celakanya, konsep pendidikan yang ditawarkan saat ini lebih mementingkan kebutuhan pragmatis. Hasilnya adalah mahasiswa berlomba-lomba untuk menyelesaikan studinya sebelum batas akhir yang seringkali membawa dampak keengganan mahasiwa untuk ikut dalam pergumulan membicarakan masyarakat yang teraniaya, apalagi berorganisasi dengan aktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun