Mohon tunggu...
Saefudin Sani
Saefudin Sani Mohon Tunggu... Buruh - Swasta

Orang Biasa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Prabowo Capres Gerindra, Bukan Capres PKS

13 April 2018   23:18 Diperbarui: 14 April 2018   06:24 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Luthfi/detikcom

Kehampirpastian Rakornas Gerindra tanpa agenda Deklarasi Capres sudah diisyaratkan Prabowo Subianto beberapa waktu sebelum hari H tiba. Inilah kemudian yang menyebabkan meliarnya spekulasi di masyarakat bahwa mantan Danjen Kopassus ini sedang 'Galau'. Gelisah antara lanjut atau usai.

'Lanjut' berjuang sebagai Jenderal Petarung yang tak kenal menyerah untuk menghadapi sang Petahana sebagai rival di Pilpres 2019 mendatang, ataukah 'usai' dengan menyerahkan tongkat estafetnya kepada sosok yang dikandidatkan, lalu bergerak di belakang layar menjadi King Maker saja.

Tapi pendeklarasian Prabowo Subianto sebagai Capres dalam Rakornas Gerindra 11 April lalu setidaknya dapat mematahkan anggapan sebagian kalangan yang menempatkannya sebagai sosok yang sedang dipucuk kegalauan. Dukungan terhadap Prabowo dari 34 Ketua DPD, 529 Ketua DPC, 2.785 DPRD II, 251 DPRD I dan 73 DPR RI Partai Gerindra untuk maju sebagai Capres, akhirnya mampu meluluhkan hati Sang Jenderal.

"Dengan segala tenaga saya, dengan segala jiwa dan raga saya. Seandainya Partai Gerindra memerintahkan saya maju dalam Pemilihan presiden yang akan datang, saya siap melaksanakan tugas itu,"tegas Prabowo.

Dari pidato kesiapannya maju sebagai Capres,bila dicermati secara lebih teliti, langkah Prabowo Subianto inipun tampaknya belum final. 13,04% kursi DPR yang diperoleh Gerindra masih perlu digenapkan dengan Parpol lain hingga 20% kursi DPR sebagai syarat ambang batas presidential threshold.

Ini artinya, Gerindra perlu berkoalisi. Sinyal hijau PKS sebetulnya sudah dinyalakan. 7,14% perolehan kursi PKS di DPR sudah cukup untuk menggenapkannya menjadi 20,18% jika digabung dengan perolehan kursi Gerindra. Namun syarat Cawapres yang mesti dari kader PKS bisa mengganjal laju Prabowo untuk masuk gelanggang Pilpres.

Betul memang, di atas kertas bergabungnya PKS dengan Gerindra telah mencukupi syarat mendapatkan perahu untuk mengusung Capres -- Cawapres. Cuma masalahnya, politik bukan hanya soal perahu saja. Perlu strategi jitu bagi prabowo untuk menantang petahana yang elektabilitasnya lebih tinggi di atasnya. Dan di sinilah peran Cawapres yang sesungguhnya.

Dapatkah 9 Cawapres yang ditawarkan PKS diyakini salah satunya sebagai Cawapres layak jual bila ditawarkan ke publik. Padahal di sisi lain, Prabowo punya bintang yang lagi bersinar semisal Anies Baswedan. Dan Anies bukan kader partai manapun. Dan posisi Sang Gubernur DKI dengan segala kontroversinya ini ditengarai memiliki posisi tawar yang lebih tinggi sehingga diharapkan mampu merebut pundi-pundi suara dari kubu rivalnya nanti.

Tapi bersediakah PKS mengalah pada Gerindra untuk kedua kalinya? Sekali, sewaktu Pilkada DKI menarik Mardani Ali Sera dari perebutan kursi DKI 2 untuk diserahkan kepada Sandi yang kader Gerindra dan menempatkan Anies untuk DKI 1 nya.

Kedua, mencoret 9 nama yang diusulkan sebagai Cawapres PKS lalu diganti dengan sosok pilihan Prabowo. Dan kemudian menunjuk Prabowo sebagai Calon Presidennya.

Jauh-jauh hari, inipun sudah disadari oleh Prabowo Subianto. Karenanya tidak berlebihan, meski bersedia melaksanakan mandat Partai yang mencapreskan dirinya, para pendukungnya pun disadarkan agar kakinya tetap menapak di tanah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun