Mohon tunggu...
Mr Sae
Mr Sae Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti

Pemerhati sosial dan kebijakan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Menilik Progres Kinerja Kementan

2 Oktober 2018   14:18 Diperbarui: 3 Oktober 2018   10:14 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini publik sedang di hadapan pada hiruk pikuk pro dan kontra import beberapa komoditas pertanian terutama pangan. Realita dilapang, bahwa komoditas yang di import tersedia melimpah, bahkan Bulog menyatakan  tidak ada lagi persediaan gudang untuk menampung hasil import. 

Di saat kinerja pertanian menunjukkan hasilnya , pada saat yang bersamaan ternodai oleh derasnya arus import. Bagaimanakah sesungguhnya obyektivitas dari kinerja sektor pertanian khususnya dalam upaya pemeunuhan kebutuhan pangan?

Sektor pertanian berkontribusi 13,63 %, terhadap terhadap pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) berdasarkan survei Badan Pusat Statistik (BPS) terkait pertumbuhan ekonomi Triwulan II Tahun 2018, dengan demikian sektor pertanian berada di posisi kedua teratas setelah industri pengolahan.Data  di atas mengindikasikan bahwa sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dalam pengembangan ekonomi rakyat Indonesia. 

BPS mencatat seluruh lapangan usaha tumbuh positif sepanjang kuartal II 2018. Namun, pertumbuhan tertinggi ditempati sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dengan angka pertumbuhan 9,93% dibandingkan kuartal pertama 2018. 

Capaian ini dipacu peningkatan produksi seiring berlangsungnya masa panen raya untuk beberapa komoditas di sejumlah subsektor.  Antara lain hortikultura dan perkebunan dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 22,86% dan 26,73%.

Peningkatan produksi secara langsung menjawab tantangan pemenuhan kebutuhan pangan di tengah pertumbuhan penduduk Indonesia.BPS memproyeksi penduduk Indonesia pada 2018 berjumlah 265 juta jiwa, meningkat 12,8 juta jiwa dibanding tahun 2014. Artinya, setiap tahun terjadi pertambahan penduduk mencapai 3,2 juta jiwa atau tumbuh 1,27 persen per tahun. 

Pertambahan penduduk jelas berimbas pada kebutuhan pangan pokok yang cenderung meningkat dan harus tersedia sepanjang waktu. Berdasarkan data pertumbuhan penduduk di atas, kebutuhan konsumsi beras 2014-2018 bertambah 1,7 juta ton. Jumlah ini setara dengan produksi 2,82 juta ton Gabah Kering Giling (GKG).

Atas berbagai program pembangunan pertanian saat ini, produksi pangan justru mengalami kenaikan. Merujuk data BPS, produksi 75,36 juta ton GKG naik 6,37 persen dibandingkan 2014, yang hanya 70,84 juta ton. 

Produksi padi 2016 pun meningkat 79.35 juta ton, dan pada 2017  terjadi lonjakan 14,42 persen, menjadi 81,16 juta ton.Peningkatan juga terjadi pada komoditas jagung. 

Produksi jagung 2017 mencapai 29,86 juta atau dan naik 52,17 persen dibandingkan 2014. Begitu pun dengan komoditas bawang merah, yang pada 2017 produksinya mencapai 1,47 juta ton, atau meningkat 18,79 persen dibanding 2014. Demikian juga dengan komoditas cabai. Pada 2017 produksinya mencapai 2,38 juta ton atau melonjak sebesar 27,09 persen dibanding 014. Peningkatan produksi juga terjadi di bidang protein hewani. 

Produksi daging sapi pada 2017 sebesar 531,8 ribu ton dan meningkat sebesar 6,85persen dibanding 2014. Sedangkan produksi daging ayam menjadi 2,26 juta ton pada 2017 atau naik 16,40 persen dibanding  2014. Produksi telur juga tidak ketinggalan, meningkat 20,21 persen dibanding 2014 menjadi 2,11 juta ton pada 2017.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun