Mohon tunggu...
Mr Sae
Mr Sae Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti

Pemerhati sosial dan kebijakan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kontribusi Perkebunan dalam Tekan Kemiskinan

27 Februari 2018   09:32 Diperbarui: 27 Februari 2018   11:50 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama ini pembicaraan soal melimpahnya sumber kekayaan Indonesia tiada hentinya, bahkan terus di dengung dengungkan hingga seantero dunia oleh berbagai pihak. Tentu ini kebanggaan yang tiada tara bagi masyarakat Indonesia, karena dengan melimpahnya SDA tersebut akan ampu menjadi sumber penghasilan dan sebagai aset jangka panjang untuk melangsungkan kehidupan terutama dalam aktivitas perekonomian.

Berbagai pendekatan pembangunan sektor telah dilakukan oleh pemerintah, dari masa Soekarno hingga masa pemerintahan saat ini dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejateraan petani/masyarakat. Melihat realita geografis Indonesia dan sumberdaya yang ada, seharusnya fokus pengembangan pembangunan diarahkan pada sektor pertanian terutama sektor perkebunan, pangan dan hortikultura. 

Di tiga komoditas tersebut hampir 50-60% masyarakat Indonesia menggantungkan dirinya sebagai sumber mata pencaharian. Disisi lain sumber dari kemiskinan juga berasal dari masyarakat perdesaan yang identik dengan petani. Untuk itu membicarakan dan mencari solusi jangka menengah dan jangka panjang terhadap permasalahan masyarakat pedesaan menjadi sangat penting ditengah persaingan global yang tidak bisa dibendung terutama dalam perdagangan komoditas pertanian.

Kemiskinan dan Kontribusi Sektor

Pada bulan September 2017, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 26,58 juta orang (10,12 persen), berkurang sebesar 1,19 juta orang dibandingkan dengan kondisi Maret 2017 yang sebesar 27,77 juta orang (10,64 persen). Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2017 sebesar 7,72 persen turun menjadi 7,26 persen pada September 2017. Sementara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada Maret 2017 sebesar 13,93 persen turun menjadi 13,47 persen pada September 2017.

Selama periode Maret 2017--September 2017, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 401,28 ribu orang (dari 10,67 juta orang pada Maret 2017 menjadi 10,27 juta orang pada September 2017), sementara di daerah perdesaan turun sebanyak 786,95 ribu orang (dari 17,10 juta orang pada Maret 2017 menjadi 16,31 juta orang pada September 2017). Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada September 2017 tercatat sebesar 73,35 persen. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi Maret 2017 yaitu sebesar 73,31 persen.

Jenis komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan maupun di perdesaan adalah beras, rokok kretek filter, daging sapi, telur ayam ras, daging ayam ras, mie instan, dan gula pasir. Sementara komoditi nonmakanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis kemiskinan di perkotaan maupun perdesaan adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi.

Jika melihat dan mencermati data diatas peran dari sektor pertanian sebagai sumber supply pangan menjadi sangat penting terutama dalam menekan angka kemiskinan, baik perkotaan dan perdesaan. Namun kondisi tersebut bukanlah kondisi yang ideal artinya penurunan angka kemiskinan masih relatif kecil (tidak signifikan) dibandingkan dengan potensi yang dimilki Indonesia. Perlu ada terobosan dan langkah kongkrit dalam upaya mengungkit kinerja pembangunan pertanian khususnya sektor perkebunan.

Peran Sektor Perkebunan

Salah satu tujuan dari pembangunan perkebunan adalah untuk meningkatkan produksi dan memperbaiki mutu hasil, meningkatkan pendapatan, memperbesar nilai ekspor, mendukung industri, menciptakan dan memperluas kesempatan kerja, serta pemerataan pembangunan. Ada tiga asas yang menjadi acuan dalam pembangunan perkebunan yang mendasari kebijakan pembangunan dalam lingkungan ekonomi dan pembangunan nasional, yaitu (1) Mempertahankan dan meningkatkan sumbangan bidang perkebunan bagi pendapatan nasional, (2) Memperluas lapangan kerja, (3) Memelihara kekayaan dan kelestarian alam dan meningkatkan kesuburan sumberdaya alam.

Pembangunan subsektor perkebunan mengalami perkembangan yang semakin pesat dan besar dan diharapkan dapat meningkatkan pemenuhan produksi, kebutuhan ekspor yang berdampak pada peningkatan pendapatan petani, ekonomi lokal, pembangunan pedesaan, dan timbulnya multiplier effect secara sektoral maupun spasial baik nasional, regional maupun lokal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun