Mohon tunggu...
Mr Sae
Mr Sae Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti

Pemerhati sosial dan kebijakan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membangun Swasembada Pangan dengan Data Real Time

8 Januari 2018   15:38 Diperbarui: 8 Januari 2018   16:40 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bayangkan jika perut lapar namun tidak ada yang dimakan, maka tubuh akan terasa lemas dan tenaga habis kemudian berakhir pada kematian jika dalam waktu lama berlangsung. Itu, artinya pangan menjadi sumber keberlanjutan dan eksistensi hidup. 

Ketersediaan pangan sepanjang waktu adalah keniscayaan. Pemerintah harus bertanggungjawab atas keberlanjutan pangan sepanjang kehidupan masih belum berakhir dan petani adalah tulang punggungnya. Upaya memastikan ketersediaan pangan dalam jumlah lebih dari jumlah kebutuhan sering disebut surplus atau swasembada. Pemerintah melalui Kementerian Pertanian menempuh dengan melalui kegiatan Upaya Khusus (UPSUS) khususnya tanaman pangan yaitu padi yang lakukan d sentra-sentra produksi dari Sabang hingga Merauke. 

Mengapa dilakukan kegiatan UPSUS?karena jika proses usahatani padi dibiarkan mengalir begitu saja tanpa adanya upaya-upaya khusus baik dari aspek teknis dan non teknis tidak akan mempu mencapai produksi yang diinginkan atau terjadi kelangkaan pangan yang berujung pada impor dan hrga tinggi.

Upaya Khusus Padi di NTT

Saya mendapatkan amanah UPSUS di Indonesia Timur bersama tim sejak tahun 2015. Dalam perjalanan dari Jakarta menuju Kupang yang selama ini ditempuh "frekuentif" sebagai upaya pendampingan mendukung swasembada pangan NTT, terlihat penanggungjawab UPSUS Nusa Tenggara Timur berjejer di pesawat, salah satunya adalah pejabat dari perbankan di Jakarta. Dalam perbincangan di pesawat saya menyampaikan, bahwa semua pejabat Eselon I Kementan terlibat dan menjadi penanggungjawab UPSUS seluruh Indonesia. 

Pejabat Eselon I Kementan hanya 16 orang, maka untuk melengkapi 34 provinsi, maka pejabat Eselon II terpilih terlibat juga didalamnya. Sungguh ini adalah tim besar dan hebat, karena terhimpun berbagai latar belakang dari berbagai disiplin ilmu bersatu padu untuk kejyaan pangan nasional.

Saya mengawali pembicaraan dengan pejabat perbankkan tersebut dengan statemen: "saya tahu saat ini berapa luas tanam padi sawah di NTT bertambah posisi hari kemarin bahkan dari setiap kabupaten di NTT sebanyak 22 kab/kota se NTT".

Rekan saya terkejut menyimak statemen tersebut; wow kok bisa? bagaimana bisa demikian dan bagaimana cara mengukurnya dan menghitungnya? Rekan saya semakin tertegun sambil hingga semakin penasaran ingin mendengar penjelasan saya sembari memperbaiki posisi duduknya penuh serius. 

Saya berusaha menjawab dengan santai namun penuh keseriusan, bahwa  Kementan melalui kegiatan UPSUS telah membangun sistem pencatatan dan bekerjasama dengan pihak daerah (provisni dan kabupaten) serta melibatkan pengawalan/pendampingan TNI-AD (Danrem, Dandim, Danramil dan Babinsa). Ini adalah special edition yang belum pernah dilakukan masa-masa sebelumnya dalam mencapai swasembada pangan.

Ternyata, rekan saya semakin penasaran, sembari mengajukan pertanyaan penting, lalu? bagaimana ceritanya bisa melibatkan seluruh komponen tersebut terutama aparat?. 

Saya menegaskan, inilah sebabnya kenapa kami sering ke NTT. Awal bergulirnya kegiatan UPSUS telah terbangun komunikasi dan koordinasi sejak akhir 2014. Koordinasi tersebut mulai dari langkah kecil seperti, sosialisasi kepada yang belum paham sektor pertanian sekalipun sampai kepada keharusan akurasi data bersama petugas statistik di tingkat kabupaten dan provinsi. Karena data yang valid bagi kami keniscayaan sebagai pijakan regulasi/keputusan dalam kegiatan, misalnya terkait jumlah petani, luas kepemilikan lahan/sawah, sumberdaya pertanian yang dimiliki termasuk kondisi eksistensi kelembaaan petani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun