Mohon tunggu...
Ahmad Sadzali
Ahmad Sadzali Mohon Tunggu... -

Anak muda dengan segudang mimpi, serta semangat untuk mewujudkannya. Menghargai dirinya dengan karya. Mempunyai tujuan hidup, konsep, serta pola pikir yang jelas dan terarah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Antara Jiwa dan Raga

10 Januari 2010   17:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:32 16188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sekilas, jiwa dan raga selalu satu. Paradigma yang ada pun akhirnya juga demikian. Tidak dapat dipisahkan antara jiwa dan raga. Keduanya sama-sama menjadi unsur yang penting bagi manusia. Keduanya sangat dibutuhkan. Lalu adakah yang lebih penting di antara kedua? Jawabannya tentu saja ada. Jiwa merupakan sesuatu yang abstrak dalam diri manusia. Sedangkan raga sebaliknya, yaitu kongkrit, jelas, dan nyata. Gerak jiwa tidak dapat kita amati dengan panca indra. Sedangkan gerak raga sudah pasti dapat diamati. Namun meski gerak jiwa itu tidak dapat diamati secara panca indra, namun ia dapat dirasakan. Bahkan jiwa itulah yang sebenarnya menjadi penggerak dan motorik bagi raga. Jika demikian, jiwa adalah sebuah substansi yang ada dalam diri manusia. Substansi itu kemudian dituangkan menjadi raga. Namun ternyata juga tidak semua raga itu dapat merepresentasikan substansi diri kita. Ada jiwa yang hanya ada dalam jiwa itu sendiri. Dalam analogi lain, kehidupan kehidupan dunia adalah kongkrit. Sedangkan kehidupan setelah dunia, yaitu akhirat sifatnya masih abstrak. Mana yang lebih penting antara kehidupan dunia dan akherat? Tentu saja akherat lebih penting bukan? Akhirat merupakan substansi dari kehidupan. Karena ia adalah tujuan akhir hidup ini. Maka, jiwa yang memiliki karakteristis yang sama dengan akhirat tentu saja lebih penting daripada raga. Walaupun sebenarnya jiwa itu bukan akhirat itu sendiri. Cobalah perhatikan orang yang cacat fisik! Apakah dia tidak punya hati, tidak punya cinta, dan rasa? Tentu saja masih punya. Meski ada orang yang tidak diberikan anugrah penglihatan –misalnya- oleh Allah, tetapi Dia tetap memberikan hati atau jiwa. Intinya, semua manusia pasti memiliki jiwa, namun tidak semuanya memiliki raga yang lengkap. Jadi, jiwa itu lebih penting daripada raga. Wallahu’alam[]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun