Mohon tunggu...
Hr. Hairil
Hr. Hairil Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu kebutuhan, bukan hiburan.

Institut Tinta Manuru

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lantunkan Satu Nada Terakhir

17 Juni 2021   05:22 Diperbarui: 17 Juni 2021   05:39 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - foto BBC.com

Kalau kau pegiat sastra,
Tuliskan saja beberapa sajak yang bermakna. Jika nanti kan kubaca, siapa yang layak menerimanya

Kalau kau seniman,
Ukir saja satu bait indah, kelak nanti kubaca, ada yang terjatuh  dalam pelukan

Seduh aku sedikit pesona, jiwa-jiwa yang manyatu bersama raga tak dapat meronta

Kalau kau bijaksana
Tuangkan kebaikan di kalbu ini, kelak jika aku tiada, ada yang bisa menjaga namaku di dunia

Lukislah, seluruh lara dan juga kerinduan sepanjang jalan kita. Buatkan raga bersinar melampaui derita

Kelak nanti dalam temaram,
Kusebut nada tak berirama, berbaris jiwa-jiwa hampa di halaman yang suram

Nyayikan aku,
Nyaikan syair-syair indah meskipun nadanya tak beraturan

Jalan kita,
Tak butuh irama atau roman-roman puitis. Kita tidak hanya terbuang jauh dari kesilapan mata yang siap menerka siapa saja

Kita dalam kesejukan, rinai-rinai malam menuai riang. Cahaya dalam hati sudah terbang menuju tumpuan harapan

Semua di jalan kita, tersirat atau tersurat menengahi risau yang menua, rindu yang kering tak lagi bermakna

Jika kau seorang tabib
Ramu lah sedikit ubat, agar aku berhenti berharap pada mimpi yang tidak wajib.

Lantunkan satu nada terakhir, agaknya aku dapat tenang meninggalkan tidur.

Bth, 17 Juni 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun