Mohon tunggu...
Hr. Hairil
Hr. Hairil Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu kebutuhan, bukan hiburan.

Institut Tinta Manuru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pesan Fajar di Kota Batavia

15 November 2017   14:45 Diperbarui: 15 November 2017   15:04 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ilustrasi : Tridi-Oasis.com

*

Fajar pagi ini dibatavia tidak lagi bergizi;-entah apa yang ada dikepala orang-orang yang tidak dapat menikmati keindahan dan kenikmatan satu ini, kenikmatan yang digambarkan oleh sang arsitek alam (Allah). 

Siapa saja, siapa atau siapakah orang-orang yang dapat menikmati itu? sejatinya rasa ini seperti melayang dan terbang dialam yang lain;-sebab fajar dilangit batavia adalah rahasia. 

Rahasia, anak-anak remaja bercengkerama, rahasia anak-anak dan tangis lukanya, rahasia ibu-ibu mengejar pagi di pasar tradisional sudut-sudut kota, rahasia politis dan carut-marut kota di kemas dalam satu frame pikiran baru yang menjadikan manusia luba dengan keadaban. 

Setiap ada hujan dan mendung menjelang malam, dilangit batavia seperti tidak lagi punya harapan;-udara begitu dingin tapi menghadirkan sejuta kerusakan.Ya, pagi ini juga sama sampai kembali waktu malam.

Kerusakan dari keindahan, kerusakan moral di remang-remang lampu kota dan bahkan setetes air diberikan ikhlaspun tidak pernah kita dapati. Bukan berarti cerita kota ini begitu disulap oleh orang-orang yang durjana dengan kekayaan dan kekuasaan lantas menghilangkan segalanya itu. 

Kita bahkan lupa dengan siapa dan apa sebenarnya tujuan kota ini dijadikan sebagai salah satu kota termahsyur di tanah air. tapi apakah ketiadaan moral sosial juga ikut di preteli dan ditelanjang begitu saja? 

Belum lagi kesaksian fajar pagi, telah jelas digambarkan dalam kenyataan yang jelas nampak oleh mata-mata liar di penjuru bumi. Kemiskinan bukan keinginan atau tangis anak-anak terlantar tidak lagi peka terhadap telinga kita?

**

Bahkan ketidaksadaran mengusik mata kosong ini dan memohon air mata menagisi kenyataan, seperti fajar pagi ini. Disuatu sudut kelelahan dan jerih payah bercampur keringat mereka para pemulung;

Menyusuri setiap sudut gang dan ujung jalan dengan menggendong sebuah karung kosong dengan harapan mendapatkan seribu satu botol atau tempat air mineral dan kaleng-kaleng minuman berkarbohidrat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun