Mohon tunggu...
Hr. Hairil
Hr. Hairil Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu kebutuhan, bukan hiburan.

Institut Tinta Manuru

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Efek Kekacauan Wawasan, Negeri Tak Punya Laut

1 November 2017   13:15 Diperbarui: 1 November 2017   13:48 2141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Padamu.net. Pada gambar Peta Indonesia ini, laut dan darat dapat dibedakan dengan dua warna (Biru dan Hijau). Tapi pada kenyaataanya, warna biru di peta Indonesia ternyata bukan laut tetapi Mitos.

Semua problem diatas mengarahkan kita pada konsentrasi yg tidak beraturan. Rakyat kecil di buat panik dan elit saling lempar senyum, siapa yg punya nyali.

Kita fokuskan pikiran kita pada problem yang baru saja terjadi, meski kasus air keras masih samar arah penyelesaiannya (Sudah ada kabar dari istana rumah rakyat) pelaku masih dalam tebakan ciri2nya.

Terakhir ini sebelum satu agustus, dua isu itu masih hangat; impor garam dan dana haji, tapi hari ini kabar dari istana menutup karung garam dan clock isu dana haji. Indonesia seakan tak punya laut. Padahal luas wilayah Indonesia 2/3 adalah lautan. 

Ah, andai saja lautan bisa jadikan gula. Laut Indonesia yg tidak dianggap ini kita buatkan saja gula. Biar Indonesia terus manis, selalu manis dalam semua problem. Manis, ya manis di bibir saja.

Akhirnya kalau kita sepakati bersama. Kita sebut laut Indonesia adalah mitos. Sebab lautnya tidak terlihat dan garam harus di impor dari negara tetangga. Takutnya, besok2 air juga nanti di order dari negara tetangga. Padahal korban Kasus air keras sudah serahkan kasusnya pd penyelesaian berwajib. Ah, mestinya Tuhan yg menangani.

Problem2 di negara ini seperti cerita rakyat ada mitos2nya gitu. Eh, ini bercanda. Negara ini terpukul telak dengan segenab problem. Mungkin terlalu banyak, negara sampai bingung yg mana harus diselesaikan lebih dulu. Maksudnya, problem yg terjadi bukan salah negara. Ini salah orang2 yg di percayakan mengurus negara. Negara ini tidak sekecil dapur di rumah elit kan? Mengapa harus negara?

Kita tidak bisa berkhianat bahwa wawasan negara inn di kendalikan oleh negarawan. Tapi orang2 basar di negara ini terlalu pelit berbuat baik antara sesama, semacam itu kenyataannya.

Artinya, orang elit di negara ini ko biarkan masalah menjadi beranak pinak. Ini sama halnya bahwa ternyata mereka yg di berikan legitimasi oleh rakyat nemun dalam bentuk amanat tidak bisa di percaya. 

Negara ini hanya percaya pd orng benar dan orang baik. Ah, orang benar dan baik yg bicara resikonya kalo bukan air keras berbicara maka digeser dikit ke sudut (Mutasi jabatan, poncopotan,dll). Kalaupun wawasan elit yg ada di negara ini saling geser, maka yg ada nantinya saling gesek. Kebakar kalo lama2 saling gesek. Masalah baru lagi.

Intinya, bukan soal pemimpin atau kepemimpinan. Sebab dalam sebuah organisasi, pemimpin selalu ada orang khusus (belakang layar) bukan belakang panggung. Nah, orang2 inilah mendesign segalanya untuk kepemimpinan. Sangat teratur dan butuh kehati-hatian. Namun, pada kenyataan yg kita lihat sekarang?

Kebijakan impor garam kurang lebih 70-75 ton dari australia di apresiasi (ada bisikan dari orang belakang layar)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun