Mohon tunggu...
Hr. Hairil
Hr. Hairil Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu kebutuhan, bukan hiburan.

Institut Tinta Manuru

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Indonesia dan Dramatisasi Penolakan Panglima TNI

24 Oktober 2017   06:14 Diperbarui: 25 Oktober 2017   03:57 1213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : CNN Indonesia

Hal substansial saat ini yang harus dipikirkan oleh kita, jika pun benar Amerika memusuhi kita maka Amerika bukan lagi teman yang baik dalam hal diplomatik. 

Seterusnya, penolakan ini akan juga berimbas pada kerjasama ekonomi dalam hal investasi. Lalu bagaimana nasib dengan asetnya di Papua, kilang-kilang di NKRI sehingga untuk sementara Indonesia akan menanggung resiko jika nilai tukar rupiah paska penolakam ini akan jatuh atau dampak lainnya? 

Jangankan Amerika, negara lain juga akan melakukan hal yang sama dengan segenap aturan yang berlaku. Tetapi ini tidak menjadi alasan mendasar memperkuat penolakan secara hukum diplomasi. 

Seakan-akan Panglima Tertinggi TNI ini datang membawa sekotak kekacauan dan akan membuat negaranya menjadi kacau balau. Ini diplomasi loh. 

Resistensi jika pun penolakan terjadi pada saat Panglima TNI membawa misi diplomasi negara. Sebagai temu undangan pada sebuah kegiatan Chiefs of Defence conference on country violent Extremist organizations (VEOs) pada 23-24 Oktober dinegara yang melakukan penolakan tersebut

kita melihat penolakan secara politis akan berdampak lebih tajam melukai harga diri Indonesia. Kalaupun secara administrasi maka ini lebih kepada ketidaksiapan sebuah acara diplomatik yang dibangun. Mengapa tidak? 

Datang sebagai tamu undangan jelasnya pergi atau keluar dari negara Indonesia atas sepengetahuan Presiden RI sebagai keterwakilan secara diplomatik. Lantas terjadi penolakan kita anggap sebagai hal biasa? 

Saya rasa kita keliru dalam melihat penolakan ini secara politis dan diplomasi besar. Cenderung orang menilainya sebagai hal biasa dan wajar saja. Toh, kalau penolakan itu dianggap biasa. Apakah kita juga ridha bahwa penolakan Panglima tertinggi TNI ini sama seperti penolakan terhadap Presiden Indonesia. 

Meskipun yang ditolak adalah Panglima TNI, seharusnya kita melihat dalam satu bentuk kecintaan kita bahwa Negara yang besar ini mendapat penolakan pada undangan kegiatannya sendiri sama halnya nasib negara ini ditakdirkan akan sedikit lebih buruk dimata negara lain. 

Sebagian dari kita bahkan menjadi orang yang tiba-tiba menebak ini itu tentang manuver Panglima TNI dan ini sebagai imbasnya atau lebih kelihatan senyumnya ketika mendengar kabar penolakan. 

Padahal Indonesia saat ini dalam keadaan yang sangat menyita perhatian publik, darurat hubungan diplomatik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun