Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengenalkan Konsep 1 Tuhan

2 Februari 2011   04:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:58 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Konsep mengesakan Allah dibangun atas tiga landasan pemikiran, yaitu Wujudullah (keberadaan Allah), Wahddaniyatullah (keesaan Allah), dan Rububiyatullah (ketuhanan Allah). Menanamkan benih pemikiran tauhid akan sangat kondusif pada anak dalam usia pra sekolah dimana dalam fase itu daya serap anak terhadap segala masukan -positif maupun negatif- sangatlah besar.

'Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi. Aku ingin agar dikenal, maka Aku menciptakan mahluk. Lalu Kuperkenalkan diriKu kepada mereka, maka mereka mengenalKu' (HR Tirmidzi).

Pergunakan bahasa sederhana yang disesuaikan daya nalar anak untuk memperkenalkan dia pada Penciptanya. Tentang donat yang bisa ada karena tukang kue membuatnya, tentang mobil-mobilan atau boneka yang bisa ada karena pabrik mainan membuatnya...lalu berceritalah tentang hujan, pelangi, si Pusi, apel, hidung, mata, dirinya, ibu, ayah dan bahwa semua itu bisa ada karena ada Yang Menciptakan. Nama-Nya adalah Allah. Disini anak mulai bersentuhan dengan Wujudullah, bacakan setartil mungkin berikut terjemah dari QS Al-Baqarah, 2:29

"Dialah (Allah) yang menciptakan segala yang ada di bumi untukmu kemudian Dia menuju ke langit lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu"

Lanjutkan dengan QS Al-Baqarah, 2:164 di bawah ini

"Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering) dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi (semua itu) sungguh merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti"

Luangkan sebagian waktu setiap hari untuk membahas keberadaan Allah Swt sambil bermain dengan anak. Repetisi ini akan membuka pikirannya untuk bereksplorasi mengenali Tuhannya dan perlahan akan terbentuk sebuah persepsi dalam benaknya mengenai bukti keberadaan Allah.

Alam semesta dan keteraturan di dalamnya telah berlangsung lama sejak jauh sebelum manusia pertama -Adam a.s- diturunkan ke bumi. Pergiliran siang-malam, pergantian musim, rotasi bumi, dan revolusinya mengelilingi matahari, binatang-binatang bertelur atau beranak untuk mempertahankan eksistensi spesiesnya, dan banyak lagi fenomena sejenis yang hingga saat ini tetap berlangsung tanpa perubahan yang signifikan. Berbeda dengan donat atau brownies atau mode busana atau rancangan rumah yang senantiasa berubah mengikuti tuntutan selera konsumen. Hari berganti, musim-musim bergiliran, hewan beranak-pinak terus saja berlangsung tak perduli apakah manusia suka atau tidak. Konsistensi yang telah melewati pergantian abad ini merupakan sebuah bukti akan adanya Otoritas Tunggal yang berada dibalik keteraturan sistem jagat raya yang menakjubkan itu. Kehendak-Nya bersifat mutlak dan tak ada ruang negosisiasi untuk berkompromi semisal tentang perubahan arah gravitasi bumi, dari jaman batu sampai akhir nanti arah jatuh benda tetap saja dari atas ke bawah.

Paparan di atas hanya sekedar contoh, orangtua disarankan untuk menggali sendiri skenario yang pas disesuaikan kemampuan komunikasi dan daya nalar anak menuju tahap kedua, yaitu pengenalan Wahdaniyatullah. Sebagai penegas bacakan secara tartil berikut terjemah QS Al-Baqarah, 2:255 ini

"Allah, tidak ada tuhan selain Dia Yang Maha Hidup yang terus menerus mengurus (mahluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat member syafaat di sisi-Nya tanpa ijin-Nya. Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka dan mereka tidak mengetahui sesuatu apapun tentang ilmu_Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya dan Dia Maha Tinggi Maha Besar"

Berdasarkan ayat di atas kembangkan pendekatan selanjutnya menuju tahap pengenalan Rubiyatullah. Tekankan betapa bergantungnya alam semesta, termasuk manusia, pada belas kasihan Allah Swt. Bahkan untuk kegiatan yang dinilai paling 'biasa' sekalipun seperti bernapas yang tak mungkin dilakukan tanpa suplai oksigen bebas di udara dan system pernapasan yang baik. Kedua hal itu merupakan sedikit saja dari limpahan anugerah Allah yang tak terhitung banyaknya bagi kehidupan ini. Perasaan gembira ketika bermain, rasa lezat di lidah saat menyantap kue...begitu banyak hal positif yang bisa dijejalkan ke dalam daftar sekedar untuk menunjukkan betapa tinggi tingkat ketergantungan mahluk pada Pencipta-nya. Itulah alasan yang menjadikan Allah satu-satunya yang layak untuk disembah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun