Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berburu Nafkah di Waktu Tarawih

2 Agustus 2011   00:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:10 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_126437" align="aligncenter" width="300" caption="Melepas Tarawih untuk memperbaiki jalanan (dok WS)"][/caption] Ketika perut sudah kenyang selepas buka puasa dan Magrib selesai didirikan, mayoritas Muslim pun bergegas memburu mesjid-mesjid untuk menegakkan sunnah Tarawih. Namun ada pula bagian dari komunitas yang harus memprioritaskan sesuatu yang hukumnya wajib bagi lelaki kepala rumah tangga, yakni mencari nafkah. Di depan Mesjid Raya 'Baitul Muttaqin' kawasan Griya Antapani- Bandung Timur, misalnya, semalam (1/8) sekelompok lelaki bersepatu lars karet dengan rompi jingga dan cangkul di tangan nampak sibuk merapikan cairan semen yang tercurah ke badan jalan Purwakarta yang sedang ditinggikan permukaannya.Mereka harus bergegas agar semen tak keburu mengeras hingga susah diratakan. Azan Isya sebentar lagi berkumandang dan para wanita yang menenteng mukena serta para bapak yang sudah rapi dengan kain sarung mereka melangkah melintasi para pekerja konstruksi itu untuk memakmurkan mesjid dengan shalat berjamaah maupun menyimak tausiyah dari penceramah. Beberapa puluh ribu rupiah yang dinanti-nanti oleh keluarga mereka di rumah untuk menyambung napas kehidupan membuat para pekerja itu harus menunda agenda memetik pahala ibadah sunnah yang selama Ramadhan ini disetarakan dengan ibadah wajib.

[caption id="attachment_126439" align="alignleft" width="300" caption="Kang Agus (bertopi) tengah melayani pembeli (dok WS)"][/caption] Lain halnya dengan Agus, lelaki berumur sekitar empatpuluhan, yang ditemui seusai shalat Tarawih didirikan. Dia mengaku sudah bersiaga memajang barang dagangannya di pelataran mesjid sejak pukul 16.30 Wib dan sampai sekitar 21.30 Wib ke depan dia akan berusaha menjajakan aneka mainan yang harganya mulai dari Rp.500 untuk sebatang kembang api air mancur hingga MP3 kapasitas 2GB yang ditawarkannya dengan harga Rp.125,000 itu. Anak-anak menyeret ibu atau bapak mereka mengerumuni lapak dagangan Agus serta merengek untuk berbagai mainan yang mereka ingini. Beberapa transaksi berhasil diselesaikan Agus dengan baik malam itu berarti ada pula uang yang bisa dia bawa pulang ke rumahnya yang terletak di kawasan jalan Kalijati- Antapani nanti. Sementara di belakang Agus, seorang lelaki yang sebaya dirinya sibuk berjibaku dengan wajan di gerobak mengolah jajanan yang bernama seblak, paduan kerupuk kanji [caption id="attachment_126440" align="alignright" width="300" caption="Menyiapkan seblak sesuai pesanan (dok WS)"][/caption] kecil-kecil mentah yang telah diseduh air mendidih sampai lunak yang kemudian digoreng dengan tambahan bumbu plus telur kalau diminta pembeli. Seblak merupakan jajanan favorit selepas Tarawih dan cukup dengan seribu-dua ribu perak, seporsi penganan yang rasanya pedas-gurih itu sudah bisa dinikmati sembari berjalan kembali ke rumah masing-masing. Mereka, karena tuntutan kebutuhan hidup, sepertinya harus melepas kesempatan menunaikan salah satu sunnah Ramadhan namun mendahulukan kewajiban mencari nafkah yang menjadi tugas utama mereka selaku kepala keluarga diyakini sebagai pilihan terbaik. [Telkomsel Ramadhanku]

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun