Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Tetap Asyik di Lingkungan Kerja Toksik

23 Mei 2021   12:31 Diperbarui: 23 Mei 2021   12:35 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hindarkan terlibat dalam konflik terbuka untuk keamanan anda (dok. Le Monde Marketing/ed.WS)

"Tuh lihat si Meow, bikin laporan aja gak pernah bener, tapi Bos ngebiarin aja. "

'Eh, tahu nggak, divisi kami tuh kerja lembur sampai malam tiap kali bikin event, mereka sih nyantai aja langsung bubar pas jam 5 sore. Padahal bantu-bantu sedikit, kan, bisa! "

"Bos selalu nuntut kami begini-begitu, salah dikit langsung deh dicerewetin, beda sama yang sono, kayaknya nyantai aja tuh! "

Pernah dapat curhatan seperti di atas di ruang kerja lalu mendadak hening bak ada genderuwo lewat saat 'sosok' yang dibidik mendadak masuk? Bila jawabannya 'ya', maka bersiaplah menerima kenyataan bahwa anda tengah berada di lingkungan kerja yang toksik.

Ghibah alias gosip negatif terhadap seseorang atau lebih yang awalnya menyentuh aspek kualitas kerja lalu ujung-ujungnya masuk ke ranah pribadi memang merupakan salah satu ciri lingkungan kerja yang toksik.

Lunturnya kepercayaan pada rekan kerja bila tidak dikelola secara optimal bisa merusak performa lembaga/perusahaan sekaligus merusak kenyamanan kerja mereka yang menjalankan fungsi profesionalnya di situ. Lantas bagaimana harus bersikap saat pusaran karir menempatkan anda di situasi-kondisi sedemikian?

Pertama, tentu saja tak perlu ikut menambahkan 'racun' alias memperbuas gunjingan lalu menyebarkannya kembali hanya sekedar untuk mendapat pengakuan dari pihak yang merupakan sumber gosip negatif. Toh, loyalitas tak ada manfaatnya dalam urusan beginian. Selagi anda tak bersama mereka, bisa saja anda yang diproses jadi bahan gosip berikutnya.

Kedua, fokus pada tanggung jawab serta hak dan kewajiban anda di lembaga/perusahaan serta lakukan yang terbaik. Nyinyiran negatif tentang seorang/sekelompok rekan kerja seyogyanya tidak membuat anda mengendurkan etos kerja pribadi. Bagaimana pun situasi di tempat kerja, anda sebisa mungkin harus tetap bisa berprestasi dengan sehat.

Ketiga, berusahalah bersikap netral dan obyektif saat berinteraksi, toh semua pihak sebenarnya berada di satu kapal dengan tujuan yang sama : Kesuksesan untuk meningkatkan kesejahteraan finansial dan spiritual bagi semua yang berada di dalamnya. Buat langkah-langkah antisipasi untuk membentengi diri bila suatu saat terjadi perselisihan terbuka antar kubu di kantor. Seandainya pendapat anda selama ini masuk kategori 'didengarkan', mungkin bisa berusaha menengahi dan mendinginkan. Tapi kalau anda masuk kategori sosok 'yang biasa-biasa saja' tanpa kemampuan mempengaruhi, maka menyingkirlah ke tempat aman. Hindarkan diri masuk ke dalam konflik.

Keempat, jika tak bisa menghindar dari pergunjingan negatif, maka pastikan jadi pendengar pasif saja dengan harapan para penggunjing bosan sendiri lalu pergi. Bagaimana kalau mereka memancing-mancing opini anda untuk memastikan keberpihakan pada mereka? Tanggapi saja dengan gurauan atau berikan jawaban yang tidak nyambung sama sekali.

Garing? Tak apa, asal jangan terlibat dalam bisnis 'makan bangkai saudara sendiri'. Seujung kuku manfaat yang mungkin diperoleh dari urusan semacam itu sama sekali tak sebanding dengan kerusakan yang ditimbulkannya kelak pada kinerja dan psikis anda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun