Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Tumbangnya Ramses II dan Merneftah

3 Mei 2021   15:47 Diperbarui: 3 Mei 2021   15:58 5587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mumi Ramses II, Merneftah, dan sejumlah Firaun lain kini menjadi bagian dari koleksi National Museum of Egyptian Civilization-Kairo (dok. History.com, cojs.org/ed.WS)

Kelahiran Nabi Musa Alaihissalam (AS) di era Firaun, yang menurut banyak sumber sebagaimana dirilis nationalgeographic.com, bernama Ramses II merupakan anti klimaks bagi undang-undang ‘ membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir di kalangan Bani Israil’ yang dirilis raja Mesir dengan rekor pemerintahan terlama (66 tahun) itu. Tarikh menunjukkan bahwa pada akhirnya bayi Musa justru tumbuh di dalam kerajaan Firaun sebagai salah seorang pangeran Mesir yang berprestasi, menurut britannica.com, dalam mengarahkan sektor agama, sipil, dan militer negeri tersebut.

Rasa keadilan Musa muda yang dalam perjalanan menuju kedewasaannya mendapati jatidiri sesungguhnya sebagai keturunan Bani Israil, bagian dari masyarakat Mesir yang sangat terhinakan karena rezim kerajaan hanya membolehkan mereka mencari nafkah sebagai buruh kasar bahkan budak belian, bertumbuh pesat sedemikian rupa sampai sangat menyesakkan dada. Posisinya sebagai anak angkat Firaun pastinya sangat dilematis bagi Musa yang berbudi luhur, antara tak ingin mengkhianati orang yang sudah berjasa membesarkannya dengan sangat baik dan hasrat untuk menegakkan keadilan bagi bangsanya sendiri.

Dilema yang akhirnya terpecahkan saat dia terpaksa membunuh seorang mandor Mesir yang memukuli seorang budak Bani Israil sampai nyaris mati dan saat harus buron karena aksinya itu terkuak justru gara-gara ulah orang yang telah dia tolong, Musa pun memulai perjalanan panjang kiprah kerasulannya dalam membimbing Bani Israil.

Pada masa pelarian itulah interaksi non formal Musa dengan Rabb-nya terjalin secara lebih intens, apalagi selanjutnya saat di Madyan dia bertemu seniornya Nabi Syu’aib AS yang kemudian menjadi mertuanya (kisah selengkapnya silahkan lihat QS Al -Qasash (28) ayat 23-28). Setelah menetap di Madyan selama sekitar 8-10 tahun untuk membantu Nabi Syu’aib mengelola usaha peternakan sebagai mahar untuk menikahi salah seorang putrinya, Musa yang sudah mendapat pembekalan seputar syiar keislaman pun berpamitan untuk kembali ke Mesir bersama istrinya.

Pada perjalanan pulang menuju Mesir, tepatnya di Muqaddasi Thuwa, Musa menerima wahyu dari Rabb Azza wa Jalla yang berisi perkenalan secara formal Sang Khalik,‘Hai Musa, Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa. Dan, Aku telah memilih kamu maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku’ (QS Thaha (20) ayat 11-14).

Itulah wahyu pengangkatannya sebagai Nabi sekaligus Rasul. Pada momen itu pula Allah Subhanahu wa ta’alaa (SWT) memperkenalkan Nabi Musa pada mukjizat pertamanya berupa tongkat kayu yang bisa berubah menjadi ular besar. Modal berharga yang kelak digunakannya untuk mengislamkan para penyihir andalan Firaun.

Setibanya di Mesir, merujuk pada hasil penelitian forensik ahli bedah kenamaan sekaligus ilmuwan Perancis terkemuka Maurice Bucaille sebagaimana dirilis gatra.com, Musa mendapati bahwa Ramses II telah meninggal. Penyebab kematian Ramses II, menurut laman worldhistory.org, diduga merupakan komplikasi dari penyakit gigi, arthritis parah, pengerasan pembuluh arteri, namun terutama diakibatkan oleh usia lanjut dan gagal jantung.

Raja yang memerintah Mesir sepeninggalnya adalah saudara angkat Musa yang merupakan anak kandung ke-13 Ramses II bernama Merneptah. Firaun satu ini berlatar militer dan sering melakukan agresi pada bangsa Palestina.

Musa yang akhirnya diperintahkan untuk mengajak secara langsung Firaun menerima ajaran tauhid, rupanya merasa sedikit gentar sehingga meminta ijin dan diperkenankan oleh Allah SWT untuk mengajak saudaranya Harun AS ikut dalam misi kerasulan tersebut.

Begitulah Musa pun mulai intens menjalankan tugasnya melalui perdebatan dengan Merneptah yang meski kalah wacana namun tetap ngotot menyebut dirinya tuhan dan adu kekuatan dengan para penyihir andalan kerajaan yang berakhir dengan turunnya hidayah yang membuat mereka memutuskan untuk putar haluan dan menyembah Allah SWT.

Akhirnya Firaun yang merasa singgasananya terancam memaklumatkan hukuman potong tangan, potong kaki,hukum gantung, dan sejenisnya bagi mereka yang tidak mau tunduk serta mengakui dirinya sebagai tuhan (H Bey Arifin, ‘Rangkaian Cerita dalam Al-Qur’an, 2015). Saat peraturan ini terbukti tidak mempan, Merneptah pun memprovokasi para bangsawan bawahannya untuk bertindak yang disambut dengan usulan membunuhi para lelaki Bani Israil yang segera disetujui dan dijadikan undang-undang sehingga pembunuhan pun merajalela.

Bani Israil yang sudah tak tahan lagi dengan kekejaman tersebut lalu menghadap Nabi Musa untuk minta perlindungan seraya mengeluhkan bahwa kehadiran Sang Nabi justru membuat mereka mendapat siksaan. Musa AS dengan tenang menjawab keluhan mereka,”Memohonlah kalian semua kepada Allah dan sabarkanlah hati kalian karena bumi ini akan diwariskan oleh Allah kepada siapa yang Allah kehendaki dari hambaNya. Tetapi pada akhirnya, orang bertakwa jugalah yang akan menang.”

Jawaban itu sekaligus upaya Nabi Musa untuk menyadarkan kaumnya yang telah berpaling dari Allah SWT selama berabad-abad lamanya untuk kembali padaNya.

Begitulah mereka belajar bersabar dan kembali memeluk tauhid yang sudah sangat lama dilupakan. Sementara penindasan Firaun dan jajarannya terus berlangsung sampai suatu saat Rabb memerintahkan Musa AS untuk memberikan ultimatum pada Merneptah : Berhenti bertindak kejam, segera beriman dan mohon ampun pada Allah atau bersiap menerima azab dan siksa yang akan ditimpakan kepadanya.

Pembangkangan Merneptah akhirnya berbuah krisis ekonomi sangat parah akibat tak ada tanaman pangan yang mau tumbuh, tingginya tingkat kematian berbanding terbalik dengan kelahiran, Sungai Nil yang selama berabad-abad merupakan urat nadi perekonomian Mesir mendadak kering, hujan badai topan memporak-porandakan perkebunan berikut tanaman hidup yang tersisa, dan hama serangga bahkan katak menyerbu seluruh pelosok kerajaan, menyerang siapapun tanpa pandang bulu.

Akhirnya delegasi lintas warga pun mendatangi Nabi Musa dan memintanya berdoa kepada Allah SWT agar mencabut semua bencana itu.

Doa Nabi Musa AS dikabulkan, kehidupan Mesir pulih seperti sedia kala, dan semakin meluas pula pengaruhnya di berbagai kalangan. Firaun dan jajarannya yang sangat geram dengan kondisi tersebut lantas menyiapkan aksi pembantaian massal untuk mengeliminasi Nabi Musa AS beserta para pengikutnya. Tak ada pilihan selain segera meninggalkan negeri yang sudah sangat tidak kondusif itu.

Penutup babak pertama misi tauhid Nabi Musa AS adalah dengan mukjizat pukulan tongkatnya ke laut yang menyebabkan Laut Merah terbelah, menjadi jalan menyeberang ke tanah harapan bagi Bani Israil dan menjadi kuburan bagi Merneptah beserta pasukannya saat laut itu menyatu kembali seperti semula.

Mumi Ramses II dan Merneptah kini masih bisa disaksikan di National Museum of Egyptian Civilization (Kairo) yang merupakan ‘rumah baru’ mereka sejak 3 April 2021 lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun