Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Remaja Sulit Berprestasi dan Berteman, Gegara Orangtua Kelewat Dominan?

25 Juni 2020   18:17 Diperbarui: 25 Juni 2020   18:29 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah studi, yang berlangsung selama 19 tahun dan diikuti 184 anak-anak usia 13 - 32 tahun, menemukan bahwa anak-anak dengan orangtua (ortu) yang terlalu dominan cenderung tidak memiliki prestasi akademik yang baik, persahabatan yang mendukung, atau hubungan romantis sebagai orang dewasa (Insider, 20 Juni 2020).

Penelitian yang diterbitkan dalam Child Development, sebuah jurnal dari Society for Research in Child Development, itu memberikan lebih banyak bukti bahwa mengasuh anak dengan metode menyerupai diktator dapat memiliki efek negatif yang bertahan seumur hidup.

Ada sejumlah penelitian tentang ortu yang mempraktikkan kontrol psikologis pada anak-anak mereka dengan menggunakan rasa bersalah atau cinta secara manipulatif untuk membuat anak-anak mereka mau mendengarkan. Studi ini dilakukan untuk melihat efek jangka panjang pola pengasuhan orangtua yang kelewat dominan pada anak.

"Kami benar-benar tertarik untuk melihat berapa lama efek ini sampai (anak mencapai usia) dewasa." Kata penulis studi Emily Loeb, mitra peneliti di University of Virginia, "Sangat menarik untuk melihat bahwa kontrol psikologis amat berkaitan dengan masalah dalam hubungan romantis dan tingkat pencapaian pendidikan yang lebih rendah sampai awal usia 30-an."

Penelitian dilakukan dengan merekrut siswa kelas tujuh dan delapan dari sekolah umum pada tahun 1998. Anak-anak yang berusia sekitar 13 tahun dibawa ke laboratorium bersama teman-teman terdekat mereka. Di sana seorang anak akan meminta dukungan teman mereka terkait masalah yang mengganggu mereka. Keduanya akan berbicara tentang masalah tersebut sementara peneliti laboratorium mengamati bagaimana keterlibatan anak-anak dalam diskusi ini.

"Para remaja ini sudah berjuang sejak usia 13 untuk meminta dan mendapatkan dukungan, tetapi tampaknya masalah ini semakin buruk dari waktu ke waktu." Kata Loeb.

Anak-anak yang ortunya terlalu pengatur kurang disukai oleh teman-teman sebaya dan kurang mampu memahami situasi sosial dengan segenap dinamikanya sehingga lemah dalam mempertimbangkan berbagai perspektif.

Pada usia 15, 16, 27 dan 31 tahun peserta diwawancarai kembali. Kebanyakan mereka yang memiliki ortu terlalu dominan memiliki lebih kecil kemungkinan untuk menjalin hubungan romantis pada saat mereka berusia 32 tahun. Selain itu jumlah mereka yang telah menyelesaikan pendidikan juga lebih sedikit dibanding rekan-rekan mereka dengan ortu yang lebih moderat meski latar belakang sosial ekonomi dan IPK mereka pada usia 13 termasuk baik.

Loeb dan rekan penelitinya berteori bahwa kurangnya prestasi akademik di perguruan tinggi mungkin karena ortu telah secara persisten mendorong anak-anak untuk berprestasi di sekolah sehingga saat menjalani hidup mandiri sebagai orang dewasa yang sudah lepas dari motivasi keras ortu, mereka merasa tidak perlu lagi ngotot mengejar keberhasilan akademis.

Pada usia 27, percobaan yang sama diulangi tetapi dengan melibatkan pasangan romantis. Di depan para peneliti, 88 peserta membawa pasangan romantis yang telah bersama mereka selama minimal 3 bulan dan berusaha meminta dukungan terkait sebuah masalah sementara para peneliti mencatat bagaimana mereka bereaksi.

"Orang-orang yang tumbuh dengan ortu yang sangat pengatur ini, (kemampuannya) lebih buruk dalam menerima atau meminta dukungan."Kata Loeb.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun