Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

China Diterpa Permusuhan Global, Modus Kampanye Pilpres Trump?

6 Mei 2020   11:47 Diperbarui: 6 Mei 2020   11:46 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Donald Trump (kiri) dan Xi Jinping, pandemi membuat ketegangan antar negara mereka meningkat (doc.India TV News)

Sebuah laporan internal China yang disajikan awal bulan lalu oleh Kementerian Keamanan Negara kepada para pemimpin Beijing, termasuk Presiden Xi Jinping, menyimpulkan bahwa sentimen global anti-Cina berada pada titik tertinggi sejak penumpasan demonstran di Lapangan Tiananmen tahun 1989, demikian ungkap sebuah sumber pada Reuters.

Laporan yang disusun oleh China Institutes of Contemporary International Relations (CICIR) itu juga,menurut sumber yang identitasnya minta dirahasiakan, menyebutkan bahwa menghadapi permusuhan global yang dikomandoi oleh Amerika Serikat (AS) paska pandemi terjadi, Beijing harus menyiapkan diri untuk skenario terburuk yang meliputi konfrontasi bersenjata.

CICIR sendiri adalah sebuah lembaga think tank yang berafiliasi dengan Kementerian Keamanan Negara dan merupakan badan intelijen tertinggi China.

Penyajian laporan itu, menurut Reuters, menunjukkan betapa seriusnya Beijing menghadapi potensi serangan balik yang dapat mengancam investasi strategis China di luar negeri dan sistem keamanannya.

Hubungan antara China dan AS saat ini secara luas dipandang berada pada titik terburuk dalam beberapa dekade terakhir yang ditandai dengan kian meningkatnya rasa tidak percaya antar dua negara, gesekan politis yang terjadi akibat tuduhan AS atas praktek perdagangan-teknologi dan ketidakadilan dalam perselisihan dengan Hong Kong serta Taiwan (Reuters, 5 Mei 2020).

Di sisi lain Presiden AS Donald Trump tengah kesulitan menjalani masa kampanye pemilihan presiden (pilpres) untuk periode jabatan kedua karena coronavirus telah merenggut puluhan ribu nyawa warganya dan menghancurkan ekonomi negara tersebut, bisa jadi hal itu mendorongnya untuk lebih intensif mengkritik Beijing serta mengeluarkan ancaman untuk memberlakukan tarif perdagangan baru untuk China disamping berusaha mendapat kompensasi finansial dari negeri itu terkait pandemi.

Banyak kalangan di Beijing menilai bahwa semua itu dilakukan AS untuk menahan kebangkitan China yang telah menjadi lebih asertif secara global seiring dengan pertumbuhan ekonominya.

Laporan tersebut di atas menyimpulkan bahwa Washington memandang kebangkitan China sebagai ancaman keamanan ekonomi dan nasional sekaligustantangan bagi demokrasi Barat, dan AS bermaksud melemahkan Partai Komunis China yang berkuasa dengan merusak kepercayaan publik.

AS melalui juru bicara Departemen Luar Negeri AS Morgan Ortagus merespon pertanyaan Reuters seputar laporan yang dideskripsikan oleh sumber dengan menyatakan bahwa para pejabat China memiliki 'tanggung jawab khusus' untuk memberi tahu orang-orang mereka dan dunia tentang ancaman yang ditimbulkan oleh coronavirus "karena mereka adalah orang pertama yang mengetahuinya."

Ortagus menambahkan,"Upaya Beijing untuk membungkam para ilmuwan, jurnalis, dan warga negara dan menyebarkan disinformasi memperburuk bahaya krisis kesehatan ini."

Laporan CICIR pun memperingatkan bahwa sentimen anti-China yang dipicu oleh coronavirus dapat memicu perlawanan terhadap proyek-proyek investasi infrastruktur Belt and Road China dan memberi ruang bagi Washington untuk meningkatkan dukungan keuangan -militer bagi sekutu regionalnya yang bisa menggoyahkan stabilitas keamanan di Asia (Reuters, 5 Mei 2020)

Di bawah kepemimpinan Xi Jinping, China telah berhasil memperbaiki strategi militernya, menciptakan kekuatan tempur untuk memenangkan perang modern, dan  memperluas jangkauan udara dan lautnya setelah lebih dari 70 tahun kekuatan militer AS mendominasi  Asia.

Kementerian Luar Negeri China, dalam sebuah pernyataan yang dikutip Reuters, menyerukan kerjasama, dengan mengatakan bahwa 'perkembangan hubungan China-AS yang sehat dan stabil' akan lebih bermanfaat bagi kepentingan kedua negara dan masyarakat internasional seraya menambahkan," ... setiap kata atau tindakan untuk manipulasi politik atau stigmatisasi dengan dalih pandemi, termasuk mengambil kesempatan untuk menabur perselisihan antar negara, tidak kondusif untuk kerja sama internasional melawan pandemi."

China dituduh AS menutupi informasi awal mengenai virus itu yang pertama kali terdeteksi di pusat kota Wuhan dan meremehkan risikonya. Beijing telah berulang kali membantah tuduhan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun