Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Teori Konspirasi Coronavirus Gencar Bermunculan, Apa Efeknya?

11 April 2020   18:37 Diperbarui: 11 April 2020   18:40 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masyarakat ternyata gemar berbagi informasi palsu (doc.YouTube, ScienceAlert/ed.Wahyuni)

Media Italia ramai memberitakan video yang diunggah oleh seorang pria Italia dari Tokyo yang mengklaim bahwa coronavirus dapat diobati, sayangnya para pejabat Italia memilih untuk 'menyembunyikan kebenaran itu'. Sementara video lain yang populer di YouTube mengklaim bahwa keseluruhan pandemi adalah skenario untuk mengendalikan populasi.Adapula video yang menyatakan bahwa penyebab wabah bukanlah virus, tapi jaringan seluler 5G sehingga banyak menara seluler di Inggris jadi target serangan dari mereka yang mempercayainya (The New York Times,8 April 2020).

Sebuah posting Instagram yang beredar luas secara keliru menyodorkan tuduhan bahwa coronavirus direncanakan oleh Bill Gates untuk kepentingan sebuah perusahaan farmasi. Di Alabama, posting Facebook secara keliru mengklaim bahwa jaringan kuat di belakang layar telah memerintahkan pasien yang sakit dipindahkan diam-diam menggunakan helikopter ke negara bagian tersebut . Di Amerika Latin, rumor tak berdasarpun berkembang bahwa virus itu dirancang untuk menyebarkan HIV.

Lebih parah lagi ada sebuah video YouTube yang menyiratkan bahwa pemberlakuan sosialisasi berjarak dapat diabaikan ternyata telah diakses oleh 1,9 juta penonton. Ini tentu saja sangat mengganggu langkah-langkah penanggulangan wabah yang dilakukan secara kolektif global.

"Kita pernah menghadapi pandemi sebelumnya."Kata Graham Brookie, pengelola Laboratorium Penelitian Forensik Digital Dewan Atlantik, pada The New York Times, "(Namun) kita belum pernah mengalami pandemi dimana manusia sangat terhubung satu sama lain dan memiliki banyak akses ke sumber informasi seperti sekarang."

Ekosistem yang dibanjiri informasi keliru dan ketidakpercayaan publik ini sampai-sampai membuat World Health Organization (WHO) memperingatkan untuk mewaspadai 'infodemi' alias pandemi informasi yang menyesatkan.

Misinformasi bisa berasal dari mana saja, termasuk para pemimpin negara. Contohnya, Presiden Venezuela Nicols Maduro menyatakan bahwa coronavirus itu adalah senjata biologis AS untuk menggempur China. Rekannya Presiden Brasil Jair Bolsonaro berulang kali mempromosikan pengobatan coronavirus yang tidak terbukti hasilnya dan secara tersirat menyatakan bahwa virus itu tidak seberbahaya yang dikatakan para ahli.

Presiden AS Donald Trump juga tidak mau kalah untuk urusan berbagi 'wawasan' ini, dia tak pernah bosan menganjurkan konsumsi berbagai obat-obatan yang tak jelas meski telah mendapat peringatan dari para ahli dan mengalami satu kali kasus overdosis fatal dari seorang pria yang menurut istrinya telah meminum obat 'yang disarankan  Mr Trump'. Tak cukup sampai di situ, saat rumah sakit di New York gagal memperoleh persediaan alat pelindung diri, Trump malah menyiratkan kalau petugas medis mungkin ada yang mencuri masker (The New York Times, 8 April 2020).

Manajemen Facebook, Twitter, YouTube, dan semua akun medsos harus berupaya keras untuk menghapus posting-posting ngawur seputar Covid-19. 

"Penyebaran informasi palsu yang membanjir sejak munculnya pandemi Covid-19 ini membuat tim kecil kami betul-betul kewalahan."Tutur Snopes, situs pengecek fakta, di Twitter-nya,"Kami melihat banyak orang tergesa-gesa ingin memperoleh kenyamanan malah membuat keadaan jadi lebih buruk saat mereka berbagi informasi yang keliru (terkadang berbahaya)."

"Orang-orang tertarik pada teori konspirasi karena kontennya menjanjikan untuk memuaskan motif psikologis tertentu yang penting bagi mereka." Kata Dr Karen M. Douglas, seorang psikolog sosial yang mempelajari kepercayaan pada konspirasi di University of Kent di Inggris.

Motif psikologis terpenting di antaranya adalah mengarahkan fakta, otonomi terhadap kesejahteraan diri, dan rasa mampu mengendalikan (keadaan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun