Saat fase kedua terjadi, maka tak ada pilihan selain mengirim orang yang bermasud melakukan tes Covid-19 untuk kembali ke rumah dan menelepon hotline coronavirus yang dipastikan super sibuk. Hal itu karena mereka tidak punya alat pelindung diri yang menjamin keamanan saat melakukan pengujian.
Kasus-kasus Covid-19 yang terus meluas membuat  otoritas kesehatan kini beralih pada penekanan metode preventif seperti menjaga jarak aman saat bersosialisasi dan melarang acara massa. Negara-negara bagian telah membatasi pertemuan di luar rumah untuk maksimal dua orang.
Tingkat kematian yang rendah juga disebabkan, menurut epidemiolog Karl Lauterbach sekaligus anggota parlemen Jerman, oleh pemicu awal wabah Jerman adalah sejumlah besar orang muda yang 'kembali dari liburan (di berbagai tempat termasuk mancanegara)'. Stamina fisik orang muda dalam pertempuran melawan coronavirus pastinya jauh lebih baik ketimbang orang tua, sehingga umumnya mereka berhasil sembuh.
Namun Lauterbach memperkirakan angka kematian Jerman akan meningkat karena segmen masyarakat lain yang lebih rentan juga terinfeksi. Apalagi pengujian yang tidak bersifat universal mengakibatkan banyak orang dengan coronavirus mungkin tidak pernah didiagnosis sehingga mustahil memastikan tingkat kematian yang sebenarnya.
Bagaimana pun Jerman yang memiliki fasilitas kamar-kamar perawatan intensif dan ventilator yang jauh lebih banyak dibanding negara-negara lainnya plus prosedur langkah-langkah awal mencegah penyebaran virus yang telah teruji membuat Lauterbach yakin bahwa tingkat kematian terkait Covid-19 negaranya tidak mungkin akan jadi separah Italia atau Spanyol, dua negara yang standar perawatan kesehatannya sedang kolaps.