Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perempuan Itu Mengakali Teroris dan Urung Melakukan Bom Bunuh Diri

15 Maret 2020   06:14 Diperbarui: 15 Maret 2020   06:19 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang perempuan yang pernah diculik Boko Haram dalam puing sebuah rumah di Nigeria (doc.bdnews24.com/ed.Wahyuni)

Selama satu dekade perang di Afrika yang melibatkan Boko Haram, salah satu kelompok teroris paling mematikan di dunia, yang telah menjalar ke timur laut Nigeria dan menyebar ke tiga negara tetangga, lebih dari 500 wanita telah dikerahkan sebagai pembom bunuh diri atau ditangkap sebelum mereka melakukan tindakan mematikan tersebut - sebuah rekor yang menurut para ahli terorisme melebihi konflik lain dalam sejarah (The New York Times, 14 Maret 2020).

Pada suatu ketika ada enam perempuan muda yang telah dipasangi set bom di tubuh masing-masing untuk melaksanakan misi meledakkan masjid dan semua orang di dalamnya. Namun keenamnya punya pemikiran berbeda, mereka ingin menyingkirkan bom tanpa membunuh siapa pun, termasuk diri mereka sendiri.

Maka alih-alih mendekati tempat sasaran dan mengaktifkan bom, mereka malah merapat ke sebuah sumur yang saking dalamnya sehingga terlihat seperti lorong hampa nan gelap.

Salah satu dari mereka, Balaraba Mohammed (saat itu berusia 19 tahun) yang diculik oleh Boko Haram beberapa bulan sebelumnya, punya rencana yang nampaknya cukup menjanjikan. Mereka melepas jilbab lalu mengikat dan menjalinnya menjadi sebuah  tali yang panjang. Balaraba dengan sangat hati-hati memenempelkan bom-bom pada tali lalu perlahan-lahan menurunkannya ke dalam sumur, seraya berdoa semoga lubang dalam itu penuh dengan air. Setelah dirasanya cukup aman, tali itu pun dilepas ...

Lantas mereka berenam pun lari sekencang-kencangnya untuk menyelamatkan diri kalau-kalau bom-bom yang dijatuhkan ke sumur meledak.

Untungnya itu tidak terjadi, para perempuan muda yang diliputi ketakutan dan keraguan tentang tindakan yang harus diambil akhirnya memutuskan kembali ke kamp Boko Haram. Para penculik menyuruh mereka bersumpah dengan Al Qur'an bahwa mereka memang telah menyelesaikan misi. Mereka meyakinkan para teroris dengan menceritakan bahwa mereka berlari begitu cepat untuk melarikan diri sehingga mereka kehilangan jilbab di jalan.

Sorak-sorai bergema dan pestapun digelar untuk merayakan keberhasilan keenam perempuan yang mereka pikir telah menjadi pembunuh. Begitulah, perempuan-perempuan yang dua di antaranya masih menjelang remaja itu sukses mengakali para ekstrimis.

Sayangnya kelegaan itu hanya berumur pendek karena kelompok Boko Haram segera memutuskan bahwa mereka sudahsiap mental untuk mengikuti pelatihan senjata, Balaraba menuturkan, maka mereka pun diberi senjata untuk latihan menembak dengan barisan tawanan lain dijadikan sasaran bidik langsung.

Salah seorang dari enam perempuan muda yang telah membuang bomnya ke dalam sumur merasa sangat sedih dengan kenyataan itu dan memutuskan berlari di depan regu tembak yang tengah berlatih. Dia bunuh diri, papar Balaraba.

Semua yang dihadapi para perempuan yang mencoba melarikan diri dari cengkeraman Boko Haram nampaknya hanyalah pilihan-pilihan yang buruk. Banyak di antara mereka yang, menurut UNICEF, berusaha menyerahkan diri pada pihak berwenang terkadang malah mati dibunuh tentara yang panik. Para anggota pasukan keamanan sipil mengatakan mereka telah menembak seorang wanita tahun lalu yang mendekati pos terdepan mereka di tepi Maiduguri dan bomnya meledak.

Lusinan perempuan yang diwawancarai oleh The New York Times mengatakan bahwa Boko Haram memberi mereka pilihan yang mengerikan antara"menikahi" pejuang kelompok itu atau dikerahkan sebagai pembom bunuh diri. Tawanan-tawanan perempuan baru akan tiba setiap kali pejuang meninggalkan kamp. Beberapa dari mereka diperkosa dan dipaksa minum pil pencegah kehamilan, sementara yang lainnya digunakan untuk kelinci percobaan rompi bom bunuh diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun