Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Coronavirus dan Misteri Lenyapnya Jurnalis Chen Qiushi

10 Februari 2020   09:31 Diperbarui: 10 Februari 2020   09:33 1134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengacara HAM dan jurnalis warga yang kritis Chen Quishi menghilang paska meliput di Wuhan (doc.The Sun,CNN/ed.Wahyuni)

Kematian dokter Li Wenliang (34) yang mencoba memperingatkan orang lain tentang awal wabah, tetapi malah dihukum polisi karena "menyebarkan desas-desus," telah memicu badai kemarahan warga di seluruh China. Sebuah fenomena yang sangat langka di negeri yang mengontrol ketat interaksi di jagad online-nya itu. 

Orang-orang menuntut permintaan maaf resmi dari pemerintah dan membanjiri media sosial dengan tagar "Saya ingin kebebasan berbicara"(I want freedom of speech), hak fundamental yang seharusnya dilindungi di bawah konstitusi negara. Namun pemerintah China menolak tegas permintaan mereka, tagar disensor pada pagi berikutnya (CNN, 9 Februari 2020).

Chen Qiushi (34), seorang jurnalis warga yang telah menyiarkan reportase kritisnya dari Wuhan, kota di China yang merupakan pusat penyebaran wabah coronavirus, menghilang pada Kamis (6/2) malam lalu.

Chen tiba di Wuhan pada 24 Januari 2020 atau sehari setelah kota itu disolir dengan tujuan, yang dirancang untuk menghentikan warga agar tidak bepergian agar tidak memperluas penyebaran virus. Dia mengunjungi banyak rumah sakit, panti jenazah dan ruang isolasi sementara lalu mengunggah video berisi berbagai hal yang disaksikannya di sana secara online. Dia mengajak dunia melihat sekilas realitas yang suram di jantung krisis.

"Karena kebebasan berbicara adalah hak dasar warga negara yang ditulis dalam pasal 35 konstitusi China, saya perlu bertahan karena saya pikir ini adalah hal yang benar untuk dilakukan, tidak peduli berapa banyak tekanan dan hambatan (saya) temui," katanya dalam video Oktober 2019 lalu. Maka dia pun dengan gigih melakukannya.

Pada malam tahun baru Imlek, ketika kebanyakan orang China mudik untuk reuni keluarga, Chen malah naik kereta cepat dari Beijing ke Wuhan.

"Saya sudah mengatakan sebelumnya bahwa saya  adalah jurnalis warga (citizen journalist). Jurnalis macam apa saya ini jika tidak bergegas ke garis depan ketika ada bencana?" katanya dalam video pertamanya di Wuhan, berdiri di depan Stasiun Kereta Api Hankou memegang tongkat selfie,saat ia baru saja turun dari kereta.

"Saya akan menggunakan kamera saya untuk menyaksikan dan mendokumentasikan apa yang sebenarnya terjadi pada upaya Wuhan menahan wabah itu. Dan saya bersedia membantu menyebarkan suara orang-orang Wuhan ke dunia luar," katanya.

"Sementara saya di sini, saya berjanji tidak akan memulai atau menyebarkan desas-desus. Saya  tidak akan membuat (orang) takut atau panik, juga tidak akan menutupi kebenaran."

Sejak itu, ia telah menjadi mata dan telinga bagi banyak orang luar yang ingin mengetahui kenyataan hidup di Wuhan.

Kameranya dengan berani merekam penderitaan dan keputus-asaan mereka yang terjangkiti coronavirus. Seseorang dengan demam tinggi ambruk di luar rumah sakit setelah beberapa hari usahanya mendapat perawatan berakhir sia-sia, pasien dengan peralatan penyokong oksigen berbaring di tempat tidur darurat di lorong-lorong rumah sakit yang ramai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun