Pernah merasakan kehadiran seseorang tertentu yang memicu rasa frustrasi setiap kali anda terpaksa menyerah untuk menuruti keinginannya?Â
Anda bilang 'ya', padahal sebenarnya ingin bilang 'tidak'? Saat berinteraksi dengan orang tersebut, anda merasa bersalah? Bertanggungjawab? Dieksploitasi atau malah bingung?
Diane Dreher, PhD., seorang instruktur psikologi positif,memaparkan bahwa fenomena di atas menunjukkan bahwa ada seorang musuh dalam selimut yang diam-diam menggerogoti kebahagiaan hidup anda.
Sosok oportunis yang tanpa segan-segan memanipulasi orang lain demi kepentingannya sendiri itu dalam istilah psikologi dinamakan covert aggressor (CA).Â
Selanjutnya Diane dalam tulisannya untuk Psychology Today memaparkan bahwa menurut psikolog George Simon (2010), CA memanfaatkan kondisi emosional kita dengan cara-cara licik untuk memperoleh apa yang mereka inginkan.
Mereka muncul dalam berbagai sosok dari mulai drama queens/kings, artis gadungan, orang narsis, korban abadi, dan orang yang mengalirkan rasa frustasi mereka pada kita, menggunakan kepedulian kita sebagai tong sampah emosional mereka (Dreher, 2012,2015).
Simon (2010) telah mengindentifikasi 6 taktik yang biasa digunakan oleh para CA, apakah ada yang mirip dengan situasi hubungan yang tengah anda jalani?
Rayuan
Menggunakan pesona, sanjungan, dan ungkapan dukungan untuk melemahkan pertahanan dan mendapatkan kepercayaan kita. Mereka memanfaatkan keinginan kita untuk diterima, dihargai dan dibutuhkan.
Membuat kita merasa bersalah
Salah satu senjata favorit agresor, memanipulasi kita dengan memohon empati lalu meluluhkan hati nurani sehingga kita ragu, cemas, dan akhirnya menuruti keinginannya.