Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"The Hong Kong Way", Rantai Manusia Memprotes Kebijakan China

24 Agustus 2019   10:54 Diperbarui: 24 Agustus 2019   10:58 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rantai manusia Hong Kong menuntut reformasi demokrasi (doc.National Post/ed.Wahyuni)

Jumat (23/8) semalam puluhan ribu, diperkirakan hampir mencapai 135,000 orang, pengunjuk rasa saling bergandengan tangan menbentuk rantai manusia untuk menyuarakan protes damai terhadap pemerintahan mereka, terhadap Beijing, dan tuntutan dilakukannya reformasi demokratis (CBS News, 24 Agustus 2019).

Rantai pengunjuk rasa itu membentang dari mulai jalur-jalur kereta bawah tanah Kepulauan Hong Kong, di Kowloon melintasi Victoria Harbor dan New Territories dekat perbatasan China Daratan. 

Mereka menamainya 'The Hong Kong Way', terinspirasi oleh 'The Baltic Way' yang terjadi di kawasan Baltik pada 23 Agustus 1989 silam saat sekitar dua juta manusia bergandengan tangan melintasi Latvia-Lithuania-Estonia.

Rantai manusia Baltik tersebut ditujukan untuk  menekan Uni Sovyet, menyuarakan hasrat mereka akan kemerdekaan sekaligus menarik perhatian internasional pada nasib mereka. Dua tahun kemudian, pada 1991, negara-negara Baltik berhasil mendapatkan kemerdekaan mereka.

Hong Kong diguncang gelombang protes,kekerasan, dan sejak sejak 9 Juni 2019 lalu. Bermula dari penentangan publik atas rencana undang-undang (RUU) ekstradisi, tindakan represif pihak kepolisian yang dinilai brutal akhirnya membuat masyarakat geram lantas menuntut penguasa wilayah untuk mundur.

Para pengunjuk rasa menghendaki diadakannya investigasi menyeluruh terhadap aksi brutal polisi dan menyerukan reformasi demokratis yang lebih luas. Belum jelas apakah China akan mengirimkan tentara biasa atau pasukan paramiliter untuk mengamankan Hong Kong.

Di kawasan pusat bisnis Hong Kong Jumat lalu, rantai-rantai manusia tersebut melingkar berliku melintasi kantor-kantor pusat lembaga keuangan global Asia. Mereka meneriakkan slogan-slogan lama yang terus bergema 11 minggu terakhir ini, seperti  'Let's go, Hong Kong !' dan 'Revolution of our times!'.

Sementara di Kowloon, para demonstran bergandengan dengan latar belakang gedung pencakar langit ikon kota tersebut dan sebagian mereka mendaki gunung terkenal Lion Rock, di puncaknya mereka menyalakan cahaya melintasi kota. Foto-foto merekapun tersebar dengan cepat di media sosial.

"Warga Hong Kong tengah menunjukkan semangat 'tetap tenang dan terus melangkah' dalam masa-masa tergelap kami."Ujar salah satu pemimpin demonstran, Bonnie Cheung, pada CBS News,"Entah Beijing akan menunggu gerakan kami melemah atau mereka memilih membungkam kami dengan kekerasan. (Semuanya merupakan) strategi yang buruk."

"Saya meminta dunia untuk melihat kami secara jelas. Kami bukan pemberontak, bukan sedang mencari kemerdekaan, bukan juga pembuat kekerasan."Papar anggota legislative pro-demokrasi, Ted Hui, pada CBS News,"Saya mendesak dunia untuk membuka selubung yang diletakkan Beijing pada Hong Kong agar bisa melihat bahwa warga Hong Kong tengah berjuang untuk kebebasan dan demokrasi."

Sementara kepala eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, awal minggu ini menjanjikan akan mengupayakan komunikasi yang lebih baik dengan para pengunjuk rasa,"Saya dan para pejabat utama berkomitmen untuk mendengarkan apa yang kan disampaikan oleh masyarakat pada kami dan kami ingin terhubung dengan komunitas tersebut sesegera mungkin."

Hong Kong yang pernah terkenal sebagai salah satu kawasan dengan kondisi finansial paling stabil di dunia, kini tengah berada di ambang resesi akibat terus merosotnya jumlah turis dan penjualan ritel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun