'Alhamdulillah' adalah kata pertama yang meluncur begitu terjaga dan mendapati kamar terang benderang karena lampu telah menyala. Selanjutnya adalah rangkaian refleks otot-belulang dengan tujuan mengisi penuh semua wadah dari toren, bak mandi, sampai ember-ember dengan air.
Juga mencuci segala cangkir bekas minum kopi-teh di bak cuci yang biasanya kinclong kemilau terbebas dari tumpukan peralatan makan kotor. Aturan markas, langsung cuci setelah makan/minum, terpaksa sementara diabaikan menunggu aliran listrik dipulihkan kembali.Â
Maklum segala sesuatu yang terhubung dengan pemenuhan kebutuhan hidup primer-sekunder-tersier di masa kini sangat tergantung pada keberadaan energi listrik.
Listrik adalah bagian zona nyaman dalam kehidupan modern, pemadaman yang berlangsung sekitar 10 jam kemarin (4/8) menegaskan kembali hal tersebut.Â
Tanpa listrik ada ibu muda yang kerepotan mengelola kebersihan popok-popok kain bayinya, ada bapak setengah baya penjual air yang kesulitan memenuhi jerigen-jerigen di gerobaknya, ada deretan penjaja makanan keliling yang harus berjibaku mencari nafkah dalam kegelapan gang-gang yang dilalui, ada penulis yang gagal menulis karena baterai laptop kelaparan hingga terpaksa dibiarkan tidur...
Entah berapa milyar atau triliun jumlah kerugian yang terjadi di sektor industri berbagai skala akibat pemadaman listrik semalam. Pesan berantai berisikan permintaan maaf dari manajemen Perusahaan Listrik Negara (PLN) beredar di berbagai grup medsos lengkap dengan keterangan bahwa pemadaman terpaksa dilakukan karena beberapa alat produksi utama listrik mengalami gagal fungsi atau kerusakan.
Mayoritas warga negeri ini sebagai konsumen PLN boleh saja merasa jengkel, bersumpah serapah, bahkan mengancam tidak akan membayar rekening listrik tapi .... percayalah, itu bukan solusi.
Langkah terbaik adalah mulai menyortir berbagai perabotan di dalam rumah, singkirkan barang-barang yang rakus konsumsi listriknya dan ganti dengan produk hemat atau bahkan tanpa listrik.Â
Pastikan mematikan lampu-lampu di rumah saat tidak digunakan. Intinya, berhematlah seefisen mungkin karena meskipun listrik dikategorikan 'energi terbarukan atau energy berkelanjutan' yang secara sederhana bisa diartikan 'begitu habis bisa dibuat yang baru lagi), namun itu akan sangat tergantung pada kepiawaian anak-anak bangsa ini untuk melestarikan dan mengelola sumber-sumber daya alam yang menjadi bahan baku listrik itu sendiri.
Semalam sebelum benar-benar pulas, saya teringat pada para bapak/ibu jajaran PLN yang harus lembur ekstra banyak menanggulangi berbagai kerusakan teknis untuk membuat aliran listrik normal kembali demi ketentraman seluruh masyarakat Indonesia. Terima kasih dan semoga segenap jerih payah anda sekalian menjadi ibadah terbaik di sisi Rabb Azza wa Jalla.