Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Aksi Mogok Karyawan Amazon Saat Prime Day

19 Juli 2019   20:37 Diperbarui: 19 Juli 2019   20:46 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Unjuk rasa karyawan Amazon (doc. FBM)

Siapa yang akan menolak diskon besar-besaran saat berbelanja online apalagi kalau barang pesanan bisa sampai ke rumah dalam sehari saja ?

Amazon.com, salah satu toko online terbesar di dunia yang merupakan perusahaan teknologi multinasional Amerika, untuk pertama kalinya memperpanjang masa layanan Prime Day menjadi dua hari sekaligus menawarkan pengiriman barang satu hari sampai pada para pelanggannya yang tergabung sebagai anggota Prime. Tentu saja lengkap dengan potongan harga tinggi bagi mereka yang berbelanja di hari libur (holiday shopping).

Meski menggiurkan tapi jangan keburu nafsu melakukan pemesanan di situs tersebut karena banyak karyawan situs belanja tersebut, tercatat ada lebih dari 600.000 tenaga kerja Amazon di berbagai negara, menganggap bahwa promo tersebut telah memperparah tekanan fisik dan mental dalam pekerjaan mereka.

Begitulah gelombang unjuk rasa pun muncul dimana-mana. Minggu (14 Juli 2019) malam lalu para karyawan Amazon di Jerman mengawali rangkaian demo tersebut dengan melakukan mogok kerja sembari meneriakkan,"Jangan ada lagi diskon untuk upah kami!" dan CNN memberitakan bahwa aksi itu diorganisir oleh serikat pekerja Verdi.

Ada sekitar 2000 pekerja yang berpartisipasi dalam upaya melobi perusahaan untuk menaikkan upah mereka. Juru bicara mereka memaparkan bahwa Amazon, yang memanjakan pelanggan dengan diskon-diskon besar, telah menutup mata pada nasib para karyawannya yang harus bertahan hidup dengan upah minim.

Aksi di Jerman itupun segera meluas diikuti oleh rekan-rekan mereka yang bekerja untuk Amazon di kawasan lain seperti Inggris, Polandia, Spanyol, dan AS. 

Pemogokan dan arak-arakan massa pekerja terus berlanjut sampai Senin (15 Juli 2019). Selain memprotes upah rendah, mereka juga menuntut perbaikan kondisi kerja yang dinilai tidak manusiawi. Intensitas pekerjaan yang tinggi, supervisi berbasis teknologi super ketat, dan waktu istirahat yang minim membuat mereka merasa dijadikan robot semata.

Juru bicara Amazon, melalui email jawaban wawancara tertulis pada Refinery29 (16 Juli 2019), menegaskan bahwa aksi-aksi pemogokan yang berlangsung saat  Prime Day tersebut diduga merupakan agenda terselubung pihak di luar Amazon yang ingin menarik perhatian media, "Faktanya Amazon menyediakan lingkungan kerja yang aman berkualitas di mana semua pihak yang terlibat di dalamnya merupakan ruh bagi kepuasan pelanggan. Kami mempersilahkan siapa saja untuk datang dan menyaksikan proses kerja kami secara langsung kapan pun mereka mau."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun