Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tumbuh Kembangkan "Passion" agar Sukses dan Bahagia

26 Juli 2018   09:24 Diperbarui: 26 Juli 2018   11:03 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: idealistcareers.org

Nasehat untuk menemukan passion lalu menyesuaikan ritme kehidupan sesuai dengannya agar bisa meraih kebahagiaan sudah sangat sering kita dengar. Namun hasil penelitian sains menunjukkan bahwa menempatkan faktor passion (konteksnya di sini merujuk pada sesuatu yang membangkitkan gairah/semangat untuk dikerjakan dalam jangka panjang,  -pen.) sebagai harga mati untuk mencapai kesuksesan hidup ternyata tidak tepat.

Sebuah studi yang dilakukan para peneliti di Stanford and Yale-NUS College (Singapura) memperlihatkan bahwa nasehat tersebut bisa berakibat buruk karena membuat orang jadi lebih sulit untuk mendeskripsikan apa yang sesungguhnya mereka senangi untuk dilakukan. Gagasan menemukan passion  membuat orang berpikir bahwa itu adalah sesuatu yang sudah 'tertanam sedemikian rupa' di kedalaman diri seseorang yang menunggu untuk diungkap ke permukaan dan begitu ketahuan, secara ajaib bisa langsung dirangkul untuk mengubah kualitas hidupnya.

Studi yang akan dipublikasikan di jurnal Psychological Science, itu selanjutnya menyingkap fakta bahwa orang dengan pola pikir sedemikian akan terdorong untuk mudah menyerah saat hal baru yang diminatinya berbenturan dengan kendala yang tak diduga sebelumnya. 

Para peneliti menyatakan bahwa  passion  sejati berkembang dalam pola pemikiran terbuka yang akan mendorong untuk menggali lebih dalam lagi agar bisa menemukan hal-hal baru berikutnya sekaligus membangun kesiapan untuk mengolah hasil eksplorasi tersebut menjadi lebih baik lagi.

Berdasarkan pola pemikirannya, respon umum manusia terhadap  passion  terbagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok yang sudah mematok batasan minatnya (MBT) dan kelompok yang menyakini bahwa minat bisa ditumbuh-kembangkan (MBTK). Kelompok pertama menilai bahwa minat maupun kecerdasan bersifat statis, jadi orang memang terlahir dengan kondisi cerdas atau sebaliknya. Sementara kelompok MBTK berpandangan bahwa minat/kecerdasan dapat ditumbuh-kembangkan dengan investasi usaha dan waktu sesuai kebutuhan.

Lima eksperimen dengan 470 orang partisipan berlatar mahasiswa jenjang S1 dilakukan oleh tim peneliti. Mereka membagi partisipan dalam dua kelompok, yaitu kelompok yang meminati seni dan humaniora (fuzzies) disandingkan dengan kelompok yang menggilai teknologi, terutama komputer (techies). Semua partisipan diminta membaca dua artikel, yang satu bertema teknologi dan satunya lagi tentang kritik sastra. Mereka mendapati bahwa mahasiswa MBT bersikap kurang 'terbuka' terhadap topik yang berada di luar zona minat mereka.

Eksperimen lain dilakukan dengan memutar sebuah video tentang lubang-lubang hitam di antariksa dan asal mula alam semesta yang nampaknya cukup menarik bagi kedua kelompok partisipan. Keadaan berubah saat semua diminta sebuah artikel ilmiah yang lebih mendalam tentang topik tersebut, mahasiswa MBT kehilangan minat lebih cepat ketimbang mereka yang tergolong MBTK.

Pemilihan mahasiswa jenjang S1 sebagain partisipan adalah karena,"Mereka masih muda dan ada dalam masa dimana gagasan 'pergi dan temukan passion-mu!' memborbardir kehidupan mereka." Papar Paul O'Keefe, asisten professor psikologi di Yale-NUS College yang juga ketua tim penulisan paper,"Mereka pasti menanti pemicu untuk sampai pada pemikiran 'Oya, ini dia minatku yang sesungguhnya' versus pemikiran 'Mungkin saya akan ambil kuliah astronomi meski nampaknya sulit' ..."

Sementar Carol Dweck, psikolog di Stanford dan wakil ketua studi ini yang juga pelopor riset awal tentang teori-teori kecerdasan statis versus kecerdasan berkembang, mengungkapkan bahwa para mahasiswa S1 awalnya akan berbinar-binar saat menerima gagasan menggali  passion  dalam diri mereka namun seiring berjalannya waktu, mereka akan jauh lebih tertarik untuk mengembangkan  passion  mereka dan melihat seberapa jauh itu akan bertumbuh.

Mengembangkan sebuah zona pemikiran yang mengakomodir banyak minat bisa mendongkrak prestasi dan menjadi landasan untuk meraih sukses di masa depan karena, menurut O'Keefe, terlalu fokus pada satu jenis minat saja akan membuat orang lalai mengembangkan pengetahuan mereka di aspek-aspek lain yang bisa membantu mereka mencapai keberhasilan di bidang yang mereka tekuni. Di dunia yang telah berkembang dalam jejaring multi disiplin ilmu saat ini, tambah O'Keefe, masa depan akan menjadi milik mereka yang bisa menumbuh-kembangkan  passion di berbagai aspek, seperti sains dan humaniora.

Referensi: 1  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun