Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kolaborasi Kolak Pisang

26 Mei 2018   10:21 Diperbarui: 27 Mei 2018   07:25 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semangkuk kolak, tak terhingga kebaikan (dok. Rumah Mesin)

Mbak Dar, penjual bubur sumsum dan kolak pisang yang rutin keliling kompleks perumahan dengan gerobaknya, tampak sumringah saat Bu Silo menawarinya sebuah 'proyek' yang harus diselesaikan dalam seminggu di awal Ramadhan ini. Duapuluh gelas bubur kolak wajib disetorkan untuk makanan ringan berbuka puasa (tajil) bagi siapa saja yang datang untuk buka bersama di masjid kompleks setiap sore selama tujuh hari berturut-turut. Segelas bubur dihargai Mbak Dar limaribu rupiah, total nilai kontrak sangat lumayan baginya. Omset tambahan tak terduga yang membuatnya sangat bersyukur.

Sementara jumlah yang sama dinilai Bu Silo adalah sebuah solusi yang nyaman dan membahagiakan. Dia sangat ingin menjamu para shoimin (orang yang berpuasa, -pen), namun tampaknya agak repot kalau harus memasak hidangan tajil dalam jumlah banyak dengan rasa dijamin bersahabat dengan lidah para penyantapnya, maklum bukan jago masak. 

Belum lagi kalau mesti open house setiap Magrib, bisa-bisa ibadah fardhu-nya keteteran akibat tepar dengan persiapan buka bersama plus beres-beres sesudahnya. Maka keberadaan Mbak Dar adalah salah satu dari tak terhitung anugerah Rabb yang sangat disyukurinya.

Kerjasama Mbak Dar dan Bu Silo adalah simbiosis mutualisma dalam ikhtiar meraih berbagai keutamaan Ramadhan yang terakomodir dalam aktifitas menghadiahkan makanan berbuka puasa tersebut. Diawali dengan menggendutnya pundi-pundi pahala puasa Bu Silo dan, in sya Allah juga, Mbak Dar merujuk pada dalil terkenal yang berbunyi "Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga." (HR. Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5, 192. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Menyediakan tajil dengan ikhlas juga merupakan salah satu ikhtiar untuk melakukan amalan yang dikategorikan sebagai salah satu perbuatan terbaik sebagaimana riwayat yang menyatakan bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah, "Perbuatan apa yang terbaik di dalam agama Islam?".  Maka Rasul menjawab, "Yaitu kamu memberi makan pada orang lain, dan kamu mengucapkan salam pada orang yang kamu kenal dan yg tidak kamu kenal." ( HR. Bukhari: 12 dan Muslim: 39).

Kalau dua benefit di atas mungkin bersifat 'abstrak' karena butuh kecerdasan iman tertentu untuk memahami, mengakui, merasakan, dan mensyukurinya; maka menyediakan  tajil sebagai bagian  bersedekah juga diganjar Sang Khalik dengan berbagai keuntungan duniawi yang bisa dirasakan dalam kehidupan para pelakunya.

Secara sederhana, sedekah difasilitasi Rabb sebagai media investasi bagi makhluk dengan jaminan pasti untung sebagaimana firmanNya yang berbunyi 'Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya, dan Dialah pemberi rezeki terbaik." (QS Saba' : 39). Lalu janji itu diulang dalam QS Al Hadid : 18 dimana Rabb berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak."

Banyak hadits qudsi yang menjabarkan janji Rabb ini, antara lain yang Allah pun menegaskan, "Wahai anak Adam berinfaklah, maka Aku akan berinfak kepadamu." (HR. Muslim) Rasul saw bersabda, "Tidak akan pernah berkurang harta yang disedekahkan , kecuali ia bertambah, bertambah, bertambah." (HR. at-Tirmidzi) "Sedekah tidak akan mengurangi harta." (HR. Muslim).

Efek sedekahpun terbukti sangat baik untuk kesehatan karena fungsinya sebagai perisai penangkal musibah dari mulai aneka penyakit dengan berbagai level keakutannya sampai aneka bencana alam atau bencana yang bersifat personal karena ""Bersegeralah kalian untuk mengeluarkan sedekah, karena sungguh bencana tak dapat melewati sedekah" (HR Thabrani).

Ada banyak testimoni tentang aset yang terus bertambah atau kian membaiknya kondisi kesehatan fisik maupun psikis sejalan dengan konsistensi menambah sedekah yang terpelihara dari waktu ke waktu. Sangat menarik bahwa hal itu berlaku lintas keimanan dan latar belakang.

Jadi sempatkan melihat lebih seksama ke sekitarmu, barangkali ada Babang Siomay atau Mas Gorengan yang bisa diajak berkolaborasi buat menyediakan  tajil sesuai kemampuan dompetmu. Harus ke masjid saja ? Ya, nggak juga, tengok kiri-kanan lebih jeli. Barangkali ada keluarga pemulung yang tengah terseok-seok di senja hari atau para Abang Becak yang termangu-mangu menanti Magrib, paket  tajil boleh banget dibagikan pada mereka. Cek juga para tetangga terdekat, barangkali ada yang perlu perhatian. Mereka punya hak untuk diprioritaskan setelah anggota keluarga dalam urusan berzakat-infaq-sedekah. Bersegera, ya, jangan sampai Ramadhan keburu pergi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun