Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengaudiokan Fantasi Via Naskah Drama Radio

8 Agustus 2017   10:31 Diperbarui: 8 Agustus 2017   10:46 2005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses 'reading' dan 'taping' di studio (dok Wahyuni Susilowati)

Naluri menulis fiksi saya sudah hampir lima tahun mengalami dormansi sebagai efek samping profesi sekarang ini yang didominasi oleh penulisan berbasis data dan fakta; baik dalam bentuk reportase, opini, maupun buku.

Jadi jangankan menulis kisah serial yang nun dahulu kala sempat dua kali menghiasi rubrik cerita bersambung milik salah satu koran terbesar di Jawa Barat yang masih eksis hingga saat ini, yaitu HU 'Pikiran Rakyat' Bandung; cerpen yang sudah susah payah dilahirkan pun terasa garing, miskin imajinasi ... mirip-mirip naskah siaran berita-lah. Padahal fiksi mestinya punya sentuhan emosional yang berbeda dan memicu multi tafsir suka-suka pembacanya, kan?

Rabb ternyata  trenyuh dengan kegalauan makhlukNya yang satu ini. Buktinya Dia menggerakkan senior saya di Menwa Yon II Unpad Kang Rochsan 'Apuy' Rudyanto yang sudah punya jam terbang di dunia  broadcastingbejibun, secara dia eks punggawa eksekutif  Oz Radio yang ngetren banget di Bandung plus eks Direktur RCTI Bandung, buat mengontak saya dan bilang,"Yun, teman saya butuh penulis tuh."

Itulah prolog pertemuan saya dengan komposer yang eks penyiar Oz Radio juga, yaitu Gita Gartina Poeradiredja. Teh Gita ini punya imajinasi yang ciamik banget dengan sosok sentral seorang cewek hebat bernama Pitaloka dan sudah ada rangkaian rencana untuk mengemas fantasi itu dalam bentuk novel sampai museum ... wow!

Awalnya saya diminta untuk menulis draf mentah yang telah disiapkannya ke dalam bentuk novel; tapi seiring dinamika yang berjalan cepat, akhirnya permintaan berubah jadi menulis skrip alias naskah untuk drama radio dengan sosok sentral Pitaloka yang bila segala sesuatunya kondusif akan ditayangkan sebanyak 200 episode lebih ... super wow!

Saya memang pernah menulis naskah drama bahkan sekaligus jadi sutradaranya pada sekitar beberapa abad silam saat masih duduk di bangku SMP lanjut ke masa awal masuk perguruan tinggi namun itu untuk versi pentas, jadi menulis naskah drama radio adalah tantangan yang betul-betul baru. Tentu saja peluang begini pantang untuk dilewatkan, apalagi Teh Gita selalu pemilik fantasi berulangkali bilang,"Bebaskan imajinasi dan silahkan dieksplor seluas-luasnya ..."

Prosedur standar penulisan yang diawali dengan riset tetap saya lakukan dari mulai mempelajari format baku penulisan naskah drama radio terkini, menggali terminologinya, dan ngebut mendengarkan kembali berbagai rekaman drama-drama radio yang pernah  booming di negeri tercinta ini. Selain itu karena 'Pitaloka' bertema percintaan futuristik, saya pun nonton film-film pendukung sembari mensyukuri hobi baca komik yang sangat membantu saya  tune in dalam pekerjaan ini.

Alur cerita drama radio ditulis per adegan yang berisi dialog dengan penambahan musik latar maupun efek bunyi untuk membangun imaji yang pas dan nyaman di telinga para pendengarnya. Para pemeran dituntut menghayati seluruh aspek emosional dari tokoh-tokoh yang diperankan lalu menghadirkan penghayatan itu dalam bentuk suara yang berkarakter. Pengisi suara yang sudah berpengalaman umumnya tidak terlalu sulit untuk memainkan beberapa tokoh figuran dan pendengar dijamin takkan mengenali bahwa itu diperankan oleh sosok yang sama.

Seminggu yang saya butuhkan untuk menyelesaikan draf pertama keseluruhan episode pertama lalu dilakukan penambahan dan revisi sesuai arahan Teh Gita. Perekaman suara sudah dilakukan sejak Rabu (2/8) lalu  di Studio 42 dan masih terus berlanjut untuk keperluan membuat  plot episode.Sensasinya luar biasa banget, mendengar dialog-dialog yang kita tulis menjadi begitu  'hidup' saat dibawakan oleh para artis vokal. Apalagi saat musik dan efek sudah ditambahkan lalu semua unsur  blended dengan sempurna nanti. Kita cukup memejamkan mata, konsentrasi mendengarkan dan ....  Wusssh! Tiba-tiba kecantikan Pitaloka dengan segala hal yang menyertainya akan jadi begitu hidup di dalam benak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun