Mohon tunggu...
Sabrina Hana Anata
Sabrina Hana Anata Mohon Tunggu... Lainnya - Student

Student

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Cerpen: Sejauh Mata Memandang

22 November 2020   13:16 Diperbarui: 22 November 2020   13:27 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: instagram.com/itsabandoned

Tangan Sam bergerak menyentuh pintu kayu yang sudah mulai rapuh, ia menelan ludahnya. Pintu tersebut bahkan terasa lembab, Sam benar-benar tak habis pikir dengan ide yang dicetuskan oleh Zara. Ia pun mengetuk pintu tersebut dengan ragu.

Pada ketukan pertama, tak ada tanggapan apa pun dari dalam rumah. Maya menyuruh Sam untuk kembali mengetuknya. Masih dengan keraguan dan ketakutan yang menyelimutinya, Sam kembali mengetuk pintu tersebut. Terdengar suara dari dalam rumah setelah ketukan kedua, sontak saja kelima anak itu pun terdiam. Keringat bercucuran di pelipis Sam, ia tak pernah merasa setakut ini!

Sam memundurkan tubuhnya dua langkah ke belakang setelah mendengar adanya suara dari dalam rumah. Zara yang menyadari hal itu pun mendorong Sam untuk mendekat dengan pintu dan menyuruhnya agar kembali mengetuk pintu. Namun, saat Sam hendak mengetuknya, pintu tersebut terbuka dan menampakkan seorang nenek tua yang sangat menyeramkan di mata mereka!

Mereka refleks berteriak dan berlari menjauhi rumah tersebut. Tanpa menengok ke belakang, mereka berlari sekuat tenaga hingga tiba di perempatan yang ada di dekat sekolah. Napas mereka berderu-deru karena berlari. Ternyata berita tentang penyihir jahat itu bukanlah sekadar berita burung! Penyihir jahat itu nyata dan rumah hantu tersebut memang benar adanya!

Maya mengedarkan pandangannya, ia merasa ada yang aneh. Entah apa yang salah, perasaannya mengatakan bahwa ada sesuatu yang tak beres terjadi. Nathan yang tidak mau mengambil risiko pun menyuruh teman-temannya untuk pulang. Akhirnya, mereka kembali ke rumahnya masing-masing.

Sebuah kebiasaan yang biasa Serenity lakukan sebelum tidur adalah mandi, perempuan itu sangat suka mandi di malam hari. Setelah melalui hari yang cukup menegangkan, berendam di air hangat adalah pilihan yang tepat untuk me-rileks-kan tubuh. Selesai membersihkan tubuhnya, Serenity membuka ponselnya dan mendapati banyak pesan masuk dari grup chat yang beranggotakan kelima remaja tersebut. Namun, ada yang mengganjal di pikirannya. Sejak kejadian di rumah hantu tadi Sam sama sekali tidak muncul di grup chat. Ini tidak biasanya terjadi karena Sam adalah anggota yang cukup aktif di dalam grup. Merasa ada yang mengganjal, Serenity pun memutuskan untuk menelepon Nathan.

"Halo, Nathan. Aku mau tanya, apakah kamu hari ini sempat berkomunikasi dengan Sam melalui ponsel?"

"Sam? Enggak sih, terakhir komunikasi dengan Sam ya tadi pagi, waktu kita menjalankan dare di rumah hantu. Kenapa?"

"Kamu sadar gak sih, sejak kita pergi ke rumah hantu tadi, Sam belum muncul di grup sama sekali. Padahal biasanya dia kan sering muncul."

Mendengar ucapan Serenity melalui telepon, Nathan menggigit jarinya. Benar, ia baru sadar kalau saat mereka berlari menjauhi rumah hantu tadi Sam tidak bersama dengan mereka. Kepanikan pun muncul, Nathan berkali-kali mencoba menelepon Sam, tetapi tidak ada satu pun panggilannya yang dijawab oleh Sam. Nathan mengirimkan pesan kepada salah satu teman indekos Sam dan menanyakan keberadaan Sam. Namun, sayangnya teman Sam tersebut memberikan penuturan bahwa kamar Sam kosong dan Sam sedang tidak berada di indekos.

Nathan segera mengabari ketiga temannya yang lain perihal Sam. Semua panik dan merasa bersalah, terutama Zara. Perempuan berkacamata bulat itu tak henti-hentinya menyalahkan dirinya sendiri karena memberikan dare tersebut kepada Sam. Keempat remaja itu pun kemudian berdiskusi melalui grup chat. Hasilnya, mereka akan kembali ke rumah hantu tersebut jikalau besok Sam tidak masuk sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun