Mohon tunggu...
Sabri Rahman
Sabri Rahman Mohon Tunggu... Lainnya - -

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

The Arab Spring

24 November 2020   07:16 Diperbarui: 24 November 2020   15:40 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

The Arab Spring atau dalam bahasa Indonesia mempunya arti musim semi Arab adalah sebuah sebutan untuk peristiwa yang terjadi di negara-negara kawasan Timur Tengah. Peristiwa ini terjadi sejak Januari 2011, dimana peristiwa ini menunjukkan jatuhnya kekuasaan rezim otoriter Timur Tengah, seperti tergulingnya presiden Tunisia Zein Al Abidin Ben Ali, tergulingnya Presiden Mesir Hosni Mubarak, dan masyarakat Libya berhasil melengeserkan kepemimpinan Presiden Moammar Khadafy yang dianggap melaksanakan pemerintahan diktator. 

The Arab Spring dianggap menjadi titik awal kehidupan yang lebih demokratis di Timur Tengah. al-Tsaurat al-Arabiyah adalah sebutan masyarakat arab untuk peristiwa ini, dimana masyarakat arab menginginkan sebuah revolusi yang akan mengubah tatanan masyarakat dan bangsa yang ideal setelah selama ini hidup di bawah pemerintahan yang otoriter, dimana pemerintah memiliki kekuasaan yang tak terbatas, mengekang kebebasan masyarakat yang akhirnya menyebabkan kesenjangan antara penguasa dan rakyatnya yang hidup dalam kemiskinan.

Menurut Sahide (2015) peristiwa  The Arab Spring diawali dengan protes yang dilakukan oleh seorang pemuda Tunisa berusia 26 tahun yang bernama Mohammed Bouazizi. Bouazizi merupakan lulusan universitas yang untuk memenuhi kehidupan sehari-hari menjadi seorang pedagang kaki lima. Ia kerap menjadi sasaran Razia aparat setempat karena  berjualan tanpa izin. Bouazizi harus membayar denda sebesar 10 Dinar atau sebesar 7 USD karena berjualan tanpa izin. 

Namun ia memilih untuk terus berjualan dan tetap tidak memiliki izin. Inilah yang membuat Bouazizi menjadi target razia aparat setempat.  Pada suatu hari ketika sedang berjualan, aparat setempat datang untuk melakukan razia dan memberitahu Bouazizi bahwa ia harus membayar denda karena tidak memiliki izin tetapi ia enggan membayarnya sehingga terjadi keributan antara aparat tersebut dengan Bouazizi. 

Bouazizi mengalami kekerasan secara verbal dan fisik dari aparat, hal ini membuatnya mengadu kepada Gubernur Sidi Bouzid. Pengaduan Bouazizi tidak mendapat tanggapan serius dari sang Gubernur, sehingga ia mengancam akan melakukan aksi bakar diri bila sang Gubernur tetap bersikap seperti itu. 

Akhirnya Bouazizi nekat melakukan aksi membakar diri karena Guberbur Bouzid tetap memilih untuk tidak menanggapinya. Aksi ini dilakiukan oleh Bouazizi sebagai wujud frustasi karena sudah tidak tahan mengahapi hidup yang setiap hari diperlakukan sewenang-wenang oleh aparat. Bouazizi sempat dibawa ke rumah sakit setelah melakukan aksinya, tetapi ia hanya bertahan selama 17 hari lalu ia meninggal dunia.

Aksi bakar diri ini mendapat perhatiaan dari masyrakat Tunisia maupun internasional, hal ini mulai mengguncang pemerintahan Tunisia. Sehari setelah Bouazizi melakukan aksi bakar diri, masyarakat Tunisia juga melakukan aksi unjuk rasa yang menyebabkan kerusuhan di kota Sidi Bouzid. Aksi unjuk rasa ini terus menjalar ke beberapa kota hingga ke wilayah pemerintahan Istana di Tunis. 

Menanggapi aksi unjuk rasa yang mulai anarkis, aparat pemerintahab Tunisia mengirim pasukan anti huru-hara untuk meredam dan membubarkan para demonstran. Peran media sangat besar dalam terjadinya kerusuhan di Tunisia, pemberitaan masif Al-Jazeera mengenai kekejaman aparat rezim Presiden Ben Ali, disebarkan kembali oleh masyarakat Tunisia melalu berbagai media sosial seperti, Facebook,Twitter dan Youtube. 

Faktor media inilah yang menjadi salah satu penyebab utama bangkitnya gerakan massa untuk melakukan aksi menggulingkan pemerintahan Presiden Ben Ali. Masa pemerintahan Presiden Ben Ali berakir pada 14 Januari 2011. Inilah awal era kebangkitan Gerakan sipil untuk melawan kendali negara yang belum pernah terjadi sejak Tunisia merdeka pada tahun 1956.

Gerakan kekuatan massa yanag mampu melengserkan rezim Ben Ali, menjadi sorotan dunia dan memberikan efek domino pada negara lain di kawasan timur tengah. Mesir adalah salah satu negara yang terdampak efek domino tersebut. Masyarakat mesir mulai turun ke jalan untuk mentut Presiden Hoesni Mubarak yang dinilai otoriter, korup, dan telah gagal membangun Mesir meski telah berkuasa selama 30 tahun. 

Gerakan masyarakat Mesir ini diakibatkan oleh karena angka kemiskinan dan penganguran yang terus menigkat, ditambah masyarakat Mesir menilai rezim Presdien Hoesni Mubarak sudah terlalu lama berkuasa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun