Mohon tunggu...
Sabilla K
Sabilla K Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Aktif UIN Walisongo Semarang

Bissmillah..

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Novel Garis Waktu

14 Juni 2021   10:11 Diperbarui: 14 Juni 2021   10:24 4713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hai...Sesuai dengan judul kali ini saya akan menganalisis novel garis waktu terutama majas yang terkait.

Menurut Dale & Warriner (dalam Pradopo,1985: 104) bahwa majas merupakan bahasa yang dipergunakan yaitu bahasa kiasan untuk meningkatkan dan memperbanyak efek melalui cara memperbandingkan dan memperkenalkan suatu benda dengan yang lain atau hal yang lebih umum. Adapun menurut Keraf (1988) bahwa majas yaitu bagaimana cara seseorang mengungkapkan pikirannya lewat bahas yang dimilikinya secara khas sehingga dapat diperlihatkan melalui kepribadian dan jiwa pengarang (pemakaian bahasa).

Dari hasil analisis yang dilakukan dan pembahasan hasil analisis yang akan diuraikan secara garis besar adalah tentang majas yang terdapat pada novel Garis Waktu karya Fiersa Besari. Menurut Nurgiyantoro (2018, hlm. 216) mengatakan bahwa pemajasan merupakan teknik pengungkapan bahasa, penggayabahasaan, yang maknanya tidak menunjuk pada makna harfiah kata-kata yang mendukungnya, melainkan pada makna yang ditambahkan atau makna yang tersirat. Didalam novel Garis Waktu karya Fiersa Besari ini peneliti menemukan berbagai majas, diantaranya: personifikasi, depersonifikasi, metafora, hiperbola, simile dan simbolik.

Majas personifikasi, Rustamaji (2005:105) mendefinisikan personifikasi adalah majas yang melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat-sifat manusia kepada bendabenda mati, sehingga seolah-olah memiliki sifat seperti manusia atau benda hidup. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2015:1062), disebutkan bahwa personifikasi adalah pengumpamaan (pelambangan) benda sebagai orang atau manusia, seperti bentuk pengumpamaan alam dan rembulan menjadi saksi sumpah setia. Menurut Dele (dalam Pradopo, 1987: 115) personifikasi atau pengisahan bahasa latin yang berasal dari persona (aktor, topeng yang digunakan dalam drama, pelaku, orang) atau (membuat) fic. Personifikasi apabila digunakan maka harus menggunakan kualitas-kualitas atau ciri-ciri pribadi orang terhadap gagasan-gagasan atau benda-benda yang tidak berwarna.

Dalam novel Garis Waktu terdapat majas personifikasi yang cukup banyak, berjumlah 13 kalimat dan datanya adalah:

  • Aku tidak tahu caranya menghargai mentari yang membakar langit hingga kemerahan. (Halaman 7)
  • Aku tidak tahu caranya mencium wangi hujan yang membasahi bumi. (Halaman 7)
  • Dan pagi pagiku hanyalah repetisi membosankan untuk mengenyangkan logika. (Hal.8)
  • Aku lupa bahwa bintang pun bernyawa, hutan pun bernapas....... (Hal. 8)
  • Dan bayangan dicermin tertawa mengejekku. (Hal. 16)
  • Dan, Aku hanya mampu menjadi korban kerinduan yang mencekik....... (Hal. 16)
  • Hangatmu mencairkan hati yang membeku. (Hal. 19)
  • Lagi lagi imajinasi menertawakanku karena berhasil menemuimu. (Hal. 24)
  • Biarlah hatiku berpesta pora. (Hal. 60)
  • Sesekali ombak menggodaku. (Hal. 132)
  • Pernahkah rasa bersalah mengejek dan menertawakanmu?(Hal. 143-144)
  • Purnama enggan menjawab. (Hal. 144)
  • Logika lalu mencubitku seraya berkata...... (Hal. 198)

Majas depersonifikasi, Majas ini merupakan kebalikan dari majas personifikasi. Berjumlah  2 kalimat dan datanya adalah:

  • Menatapmu membeku dilayar ponsel. (Hal. 12)
  • Aku yang gersang kau teduhkan (Hal. 202)

Majas Metafora, Metafora merupakan analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. Metafora tidak menggunakan kata-kata pembanding seperti bak, seperti, laksana yang sama seperti pada simile.

Dalam novel Garis waktu ini terdapat 3 kalimat yang termasuk majas metafora. Datanya adalah:

  • Ketika senja menguning diantara jalanan,... (Hal. 76)
  • ....., Tapi mereka punya hati sekuat baja,.... (Hal. 91)
  • Kau laksana mawar yang menggoda untuk ku peluk,... (Hal. 153)

Majas Hiperbola,

  • ...., Diturunkan bersama lusinan bom atom yang meledakkan dimensiku. (Hal. 12)
  • Dan aku bagaikan pecandu yang rela menggadaikan jiwa demi menatap matamu sekali lagi. (Hal 12)
  • Jagat rayaku meledak menjadi jutaan kembang api. (Hal. 24)
  • ...... sambil memandang matamu, merasakan jantungku ingin meledak,... (Hal. 68)
  • Di sampingmu, aku sanggup melewati pijar neraka. (Hal. 72)
  • Saat ini, alam semesta kita bertubrukan. (Hal. 76)
  • Merasakan sebagian durimu masih menancap dijantungku ketika..... (Hal. 153)

Majas Simile, Simile merupakan gaya bahasa perbandingan secara langsung atau secara eksplisit. Biasanya membandingkan suatu hal dengan hal lainnya. Selain itu tujuan digunakannya simile untuk menuangkan ide, gagasan, atau pikiran penulis. Menurut Gustina (2018, hlm. 13) mengatakan bahwa gaya bahasa perumpamaan memiliki padanan kata dengan simile. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya korelasi antara majas perumpamaan atau yang biasa disebut majas asosiasi dengan majas simile. Dalam novel ini terdapat 5 kalimat yang termasuk dalam majas dimile. Yaitu:

  • Ia laksana mentari ditengah temaram; Hijau diantara gersang. (Hal. 16)
  • Bagiku kau bintang yang aku puja setengah mati (Hal. 17)
  • Kau jernih diantara buram, nyata diantara nanar (Hal. 20)
  • Berputar bagai gasing didalam pikiranku. (Hal. 43)
  • Seakan menggenggam duri duri di batang mawar,... (Hal. 48)

Majas simbolik, merupakan majas yang melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud tertentu. Simbol tersebut digunakan untuk mewakili hal yang ingin disampaikan dan juga memiliki makna yang sama.

  • Untukmu yang berjubah api. (Hal. 20)

Demikianlah hasil analisis nover Garis Waktu karya: Fiersa Besari ,maaf bila kurang tepat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun