Mohon tunggu...
Sabila Hayuningtyas
Sabila Hayuningtyas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030109

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030109

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Penjualan Menurun Drastis, Pedagang Sepatu Nyaris Pesimis

26 Juni 2021   18:47 Diperbarui: 26 Juni 2021   19:24 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toko sepatu di Tangerang, Banten (26/06/2021). dokpri

Sudah setahun lebih, semenjak datangnya pandemi toko sepatu milik Setyo jarang dikunjungi pembeli, padahal sebelumnya toko yang ia mulai sejak 2012 itu cukup ramai dikunjungi. Menurut pengakuannya, sebelum adanya pandemi ia mampu meraup omset sekitar 1 juta hingga 2 juta rupiah dalam sehari.

Namun, semenjak adanya pandemi penjualan sepatu mengalami penurunan yang cukup drastis hingga sekitar 90%.

"Dulu, sih lumayan rame, mbak. Sehari bisa laku sejuta sampai dua juta. Soalnya saya juga ngelayanin pesenan grosiran. Tapi sekarang penjualan udah enggak kayak dulu, kemarin aja saya buka dari pagi sampai malam cuma laku kaos kaki satu, bahkan pernah juga enggak laku sama sekali." ujar Setyo, Sabtu (26/06/2021) 

Ia yang terbiasa membuka toko dari jam 09.00 pagi hingga jam 10.00 malam pun kini terpaksa harus menutup tokonya lebih awal.

 "Saya biasa buka toko setiap hari dari jam 09.00 pagi sampai jam 10.00 malam, cuma semenjak corona ini ada peraturan kalau semua toko harus tutup jam 08.00 malam. Padahal justru pelanggan saya biasanya dateng ke toko malem, sehabis pulang kerja." ungkap Setyo

Potret pemilik toko sepatu di Tangerang, Banten(26/06/2021). dokpri
Potret pemilik toko sepatu di Tangerang, Banten(26/06/2021). dokpri
Saya dan pemilik toko sepatu (26/06/2021). dokpri
Saya dan pemilik toko sepatu (26/06/2021). dokpri
Setyo juga mengungkapkan bahwa salah satu penyebab terjadinya penurunan penjualan sepatu di masa pandemi adalah adanya kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara daring, hal ini menyebabkan ajaran baru tak banyak memberikan pengaruh kepada tokonya sebab anak-anak sekolah pun tidak lagi membutuhkan sepatu dari tokonya.

"Biasanya kalau mau mulai ajaran baru seperti sekarang, banyak anak sekolah yang nyari sepatu, ada juga sekolah-sekolah swasta yang mesen sepatu buat seragam sekolah. Tapi ini enggak, mungkin ya karena sekolah lagi daring seperti ini, jadi enggak perlu pake sepatu" jelasnya

Tak hanya itu, di masa seperti ini, orang-orang mulai mengurangi kegiatan berpergian atau kegiatan di luar rumah, sehingga lebih memilih untuk membeli apapun secara online. Sedangkan beberapa lainnya yang terdampak tentu akan memilih menggunakan uangnya untuk kebutuhan makan saja.

Ya, sejak 2012 awal di mana ia memulai usahanya, baginya ini adalah sejarah terparah yang pernah ia alami. Dari yang semula dapat meraup omset sekian juta perhari hingga kini tak ada penghasilan sama sekali. Hal ini membuatnya merasa pesimis melanjutkan usahanya, sementara untuk bertahan hidup kini ia hanya mengandalkan uang tabungannya.

"Sebenarnya saya masih ada sedikit tabungan, tapi kalau kondisi toko terus seperti ini saya enggak yakin bisa melanjutkan toko karena uang tabungan saya sudah terus kepake untuk bayar sewa toko, bayar listrik, dan kebutuhan sehari-hari." ungkap Setyo

Di sisi lain, Setyo pun ingin menghentikan usahanya. Namun, ia berpikir bahwa umurnya sudah tidak lagi muda untuk melamar kerja sebagai karyawan swasta, sementara ia pun juga tidak punya banyak keahlian yang bisa dijual. Hal ini lah yang membuatnya cemas ketika harus memikirkan bagaimana untuk melanjutkan hidup ke depannya dan mencukupi kebutuhan keluarganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun