Mohon tunggu...
Sabila Hayuningtyas
Sabila Hayuningtyas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030109

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030109

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Review Film Jepang "Mother" (2020), Kisah Nyata Orangtua Toxic dan Manipulatif

7 Maret 2021   22:24 Diperbarui: 7 Maret 2021   23:09 12613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin diantara kalian ada yang pernah menemui atau bahkan pernah mengalami hubungan yang tidak sehat dengan orang tua atau kita lebih mengenalnya dengan istilah "toxic parenting". Hingga merasa, jika boleh memilih, ingin sekali memilih tidak dilahirkan ke dunia. Ya, saya kerap mendengar cerita-cerita seperti itu di dunia nyata maupun di dunia maya. Di mana rumah yang harusnya menjadi satu-satunya tempat yang nyaman justru sebaliknya, banyak berbagai tekanan yang terjadi di rumah akibat perilaku buruk yang dilakukan orang tua.

Terkadang saya pun heran dan merasa tidak percaya bahwa hal seperti itu memang bisa saja terjadi, jangan-jangan itu hanya dilebih-lebihkan saja untuk menarik simpati atau sedang terbawa emosi saja. Nyatanya memang ada, melalui film ini saya ingin sedikit membahas mengenai bagaimana gambaran dari "Toxic Parenting".

Mother adalah sebuah judul film yang diangkat dari kisah nyata yang pernah terjadi di Jepang pada tahun 2014, kemudian mulai rilis dan tayang di Netflix pada tahun 2020. Pada awalnya ketika melihat judul dan cover saya berekspektasi bahwa film ini akan menceritakan sebuah kisah inspiratif di mana sosok ibu yang bekerja keras sendirian demi membesarkan anaknya. 

Ternyata dugaan saya salah, sosok ibu yang dimaksud di dalam film ini tak seperti yang sering kita dengar dan temui, melainkan sosok ibu yang akan membuat kalian geram dan sangat menguras emosi selama dua jam. 

Ya, pada intinya film ini bercerita tentang hubungan antara seorang ibu bernama (Akiko) yang sangat toxic juga tidak bertanggung jawab kepada anak-anaknya (Shuhei dan Fuyuka). 

Bagi kalian yang pernah mengalami hubungan toxic di dalam keluarga mungkin akan merasa related dengan cerita ini atau malah menimbulkan rasa trauma, namun jika kalian tidak mengalami hal ini kalian akan dibuat merasa sedikit bersyukur dengan menonton film ini.

Di awal adegan saya dibuat bingung dengan kepribadian sosok Akiko sebenarnya. Bahkan, saya sempat mengira bahwa Akiko adalah sosok ibu yang baik dan menyenangkan untuk Shuhei, dia ibu yang bersikap layaknya seorang kakak, mengajak berenang dan bermain bersama, akan tetapi ada beberapa adegan yang janggal dan membuat saya curiga dengan sosok Akiko. 

Seperti misalnya pada adegan di mana ia membiarkan anaknya (Shuhei) yang pada saat itu masih kecil untuk berlari dengan jarak yang menurut saya cukup jauh, sementara ibunya (Akiko) dengan santai mengayuh sepeda dan tak menghiraukan anaknya yang terus mengejar. Hal itu sangat tidak mencerminkan sosok ibu yang saya kenal, sebab ibu biasanya rela mengalah atau melakukan apa saja demi anaknya.

Kemudian, ketika di kolam renang dewasa Akiko justru menyuruh Shuhei untuk melompat tanpa ban ataupun pelampung. Logikanya adalah naluri seorang ibu biasanya takut anaknya kenapa-kenapa dan seberusaha mungkin anaknya aman dari bahaya, tapi yang dilakukan Akiko adalah dia cuek dan tidak peduli dengan keselamatan anaknya.

Kepribadian Akiko semakin terlihat ketika ia datang ke rumah orang tuanya untuk memijam uang, kemudian tidak berhasil dipinjamkan karena menurut keluarganya Akiko sudah terlalu sering meminjam dan tidak pernah dikembalikan. Ya, Akiko memang sungguh manipulatif, ketika butuh dia selalu beracting menderita untuk meminta belas kasihan dari keluarganya, seolah itu adalah terakhir kalinya ia meminjam.  

Dari penolakan tersebut akhirnya membuat Shuhei sering diperalat oleh ibunya. Tak jarang Akiko menyuruh Shuhei berbohong dan datang ke rumah neneknya, pamannya, dan orang lain demi mendapatkan uang secara instan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun