Angin sepoi-sepoi menyapa lembut wajahnya, menggerak-gerakkan ujung jilbabnya yang menjuntai, menambah keanggunan yang ada pada dirinya.
 Sore itu.. seperti biasa, Ia berdiri di balkon sebuah gedung berlantai empat, menatap pegunungan yang terlihat begitu jelas dan indah dari lantai tiga-tempat ia berdiri saat ini-.
 Lagi-lagi ia tenggelam dalam pikirannya, membayangkan bahwa orang yang ia rindukan ada dibalik gunung itu..
"Aku rindu" ucapnya tanpa ia sadari.
Ungkapan rindu yang terdengar begitu memilukan. Dulu ia sendiri yang memutuskan untuk meninggalkan semuanya, meninggalkan hati yang pernah menetap, ia tak ingin jika hadirnya hanya akan membuat langkahnya terasa berat.
Sambil mengedarkan pandangan, memperhatikan beberapa orang yang berlalu lalang di bawah sana, Ia bergumam "aku bisa berdiri disini adalah sebuah kesempatan dan nikmat terbesar dari-NYA, aku harus pandai-pandai bersyukur.. tempat ini akan menjadi tempat yang sangat aku rindukan kelak" lalu ia mengusap ujung matanya yang ternyata mulai basah.
Meluangkan beberapa menit disetiap sore sudah menjadi rutinitas baginya, Ia menemukan kedamaian, ketenangan juga kerinduan setiap menatap gunung-gunung itu.
Tak jarang ia meluapkan segala lelah, amarah ditempat yang sama..
Juga terkadang hanya berdiri sejenak menghela nafas lalu pergi..
Tidak ada yang tau apa yang dipikirkan perempuan itu, mungkin jika dinding balkon bisa melihat dan mendengar, ia akan mengerti apa yang sedang perempuan itu rasakan..Â
Hari ini datang dengan wajah berseri, senyuman yang menghiasi, lalu besok ia datang dengan tatapan datar yang sulit diartikan.
Perempuan itu tersadar dari lamunannya, ketika ia merasa sebuah tangan menepuk lembut bahunya.
Sore itu ia tidak lagi menikmati pemandangan indah seorang diri..
Menikmati sejuknya angin sore seorang diri memang terasa begitu nikmat, tapi bersama teman ternyata lebih menyenangkan..
Lima belas menit telah berlalu..
Sebelum mereka pergi, perempuan itu berkata dalam hati-perkataan yang selalu menjadi penutup rutinitasnya- "jika kehidupan terus berjalan tanpa adanya aku, maka kehidupanku harus terus berjalan tanpa adanya mereka" Â kemudian perempuan itu tersenyum penuh arti, merangkul bahu temannya, dan mereka pergi dengan senyum penuh kelegaan.