Ibarat mendaki gunung, kini aku sampai di puncak. Seperti sebuah perjalanan, aku telah tiba di ujung tujuan. Dalam skala 1 sampai 10, aku berada di angka sepuluh. Setelahnya, biarlah takdir zaman dan waktu yang jadi penentu
Setelah puncak, ujung perjalanan dan angka 10 adalah awal perjalanan baru. Sebab di atas puncak masih ada puncak baru. Sesudah ujung jalan berakhir, masih ada ujung jalan baru. Setiap skala angka tak pernah berhenti di nomor sepuluh
Kini aku menikmati puncak pendakian. Saat Rindu bertemu rindu, rasa bersua rasa, kasih berjumpa kasih. Lalu dua rindu, dua rasa, dan dua kasih melebur jadi tunggal. Ketika jarak fisik dan batin tak lagi merentang di antara keduanya.
Namun aku dan kau tahu, ini puncak terlarang. Tak terbayangkan ada apa di balik batas ujung jalan itu. Skala angka selalu penuh dengan jebakan dadakan yang menikung. Takdir zaman dan waktu tak selalu berpihak pada kehendakmu atau kehendakku.
Yang bisa kupastikan: akan kurawat puncak pendakian itu sampai usaha terakhir. Selalu awas mengantisipasi berbagai jebakan dadakan. Aku menikmatinya dengan cara memaksimalkan momentum. Selanjutnya, biarlah takdir zaman dan waktu yang jadi penentu segalanya.
Syarifuddin Abdullah | Jakarta, 12 Juni 2017 / 17 Ramadhan 1438H