Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Qatar vs Negara-negara Arab

6 Juni 2017   22:00 Diperbarui: 7 Juni 2017   18:20 1348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber peta: worldatlas.

Bila Anda kecil, atau orang lain menilai Anda kecil, tapi kenyataan Anda bisa melakukan banyak hal yang melebihi kapasitas Anda yang kecil itu, tentu akan banyak orang-orang besar yang iri dan cemburu bahkan marah kepada Anda.

Kira-kira begitulah gambaran umum yang dialami oleh Qatar, sebuah negara kecil di Teluk Persia dengan jumlah penduduk 2.035.136 jiwa (data 2014), dengan pendapatan perkapita yang fantastis, salah satu yang tertinggi dunia: US$102.943 per tahun (data 2014).

Dan seperti diketahui, pada Senin pagi, 05 Juni 2017, empat negara Arab - Saudi Arabia (KSA), Mesir, Bahrian dan Uni Arab Emirates (UAE) - tiba-tiba memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Qatar. Selang sehari kemudian, Selasa, 06 Juni 2017, dua negara Arab lainnya (Libya dan Yaman) bergabung, ikut memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Qatar.

Pertanyaannya, ada apa dengan Qatar?

Seorang teman menggambarkan situasi itu dengan sangat bagus melalui postingan di akun Facebooknya, dengan menyetir lirik lagu: "Timur Tengah bak panggung sandirwara, ceritanya mudah berubah, banyak peran ganda n pura-pura!" (colek Nunu Burhanuddin).

Tapi perkembangan politik Timur Tengah sejak Senin pekan ini, sebenarnya jauh lebih dalam dan kompleks dibanding hanya panggung sandiwara. Sebab suka tidak suka, jika kita mempreteli peran satu per satu negara Arab saat ini, tidak ada kemungkinan lain kecuali mengakui bahwa Qatar, meskipun kapasitasnya kecil, adalah negara pemain utama di panggung sandiwara politik Timur Tengah.

Dan setidaknya ada beberapa hal yang membuat Qatar cenderung membuat negara-negara Arab lainnya cemburu bahkan marah kepada Qatar, sebagai berikut:

Pertama, sejak tahun 1996, Qatar melakukan loncatan spektakuler dengan mendanai stasiun televisi satelit Aljazeera. Padahal awalnya, para pemrakarsa Aljazeera menawarkan konsep Aljazeera kepada Riyadh, namun karena perhitungan yang terlalu njlimet, Riyadh menolak. Dan penolakan Riyadh itu kemudian disambar oleh Doha. Aljazeera kemudian terus berkembang, dan kini memiliki jaringan siaran berbahasa Inggris dan jelajah liputan yang menyentuh hampir semua titik di bola bumi.

Bagi mereka yang mengikuti pemberitaan global melalui televisi-televisi berbahasa Arab, akan segera mengetahui bahwa Aljazeera memiliki karakter pemberitaan yang agak berbeda.

Padahal saat ini, terdapat beberapa stasiun televisi satelit berbahasa Arab: Almanar (Hizbullah Lebanon), Al-Alam (Iran), Al-Arabia (KSA). Bahkan jaringan berita global seperti BBC, CNN, SkyNews dan lainnya juga ikut-ikutan membuat stasiun berbahasa Arab: BBC Arabic, CNN Arabic, SkyNews Arabic.

Namun seperti kata orang, pioner selalu memiliki keunggulan inisiatif. Karena itu suka tidak suka, kalau seorang peneliti ingin mendalami tentang suatu hal di berbagai belahan Dunia Arab saat ini, tidak ada pilihan lain kecuali harus merujuk ke Aljazeera, melalu berbagai feature-nya, terutama feature dokumentasinya dan jaringan korespondennya di hampir semua titik konflik di dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun