Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Lelaki Paruh Baya (10): Peta dan Perang

5 November 2022   01:05 Diperbarui: 5 November 2022   01:15 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi yang segar, sehabis hujan lebat sejak dini hari hingga pagi buta, yang perlahan berubah menjadi gerimis yang makin lama semakin menipis, lalu terang.

Randu sang Lelaki Paruh Baya tiba di ruangan kerjanya sebelum jarum pendek jam dinding menunjuk ke angka delapan. Di jam istirahat pagi pertama, sekitar pukul 10.00, sambil berdiri untuk meregangkan otot yang terasa kaku akibat duduk sejak dua jam terakhir, Randu tertegun melihat dan mendengar siaran berita pagi di dua stasiun asing berbahasa Arab dan Inggris.

  • Perang Rusia-Ukraina masih menyalak. Kedua kubu, nyaris tiap hari, masih terus saling mengklaim pihaknya baru saja menghancurkan peralatan tempur pihak musuh.
  • Ketegangan di Yellow Sea (Laut Kuning) dan Laut Jepang tampak makin intens. Dalam tempo sekitar 48 jam, Korea Utara (Korut) menembakkan sekitar 80 rudal ke wilayah perbatasan maritimnya dengan Korea Selatan. Bahkan muncul berita, yang kemudian dibantah sendiri oleh Jepang, bahwa ada rudal Korut yang melintasi kepulauan Jepang menuju Samudera Pasifik.
  • Eropa Barat yang sekian abad merasa dan berperilaku jumawa tampak tak berdaya dan bingung mencari solusi krisis energi akibat Rusia-Ukraina. Menutupi ketidakberdayaannya dengan cara mengemis sambil mengancam. Dan itu indikator kelemahan.
  • Di tanah Palestina, para pemuda Palestina di Tepi Barat atau Jalur Gaza tak henti-hentinya terus melakukan perlawanan melawan tentara Israel, yang sesekali diselingi kasus penikaman dan penembakan, yang tentu berujung pada nyawa melayang dan cedera berat ataupun ringan .

Randu, sambil tetap mengamati pemberitaan, berpikir bahwa selama delapan bulan terakhir, sejak perang Rusia-Ukraina meletus pada 24 Februari 2022, sudah berupa butir amunisi yang ditembakkan? Dan setiap peluru berukuran kecil-sedang-dan-jumbo yang meluncur dari moncong senjata, di sisi lain, adalah "kehidupan" bagi pabrik senjata.

Lalu alam bawah sadar Randu menerawang dan mendaur ulang endapan memori bacaan masa lalunya tentang Perang Dunia-I; Perang Dunia-II; Perang Korea (1950-1953), Perang Vietnam (1954-1975); Perang Arab-Israel 1967 dan 1973; Perang Mujahidin Afghanistan versus Rusia (1979-1989); Perang Irak-Iran (1980-1989); Perang  Falkland (Malvinas) antara Inggris versus Argentina (1982); dan daftar itu masih panjang.

Semua perang yang nyaris tanpa jeda itu, secara global di wilayah yang berbeda-beda itu, telah menewaskan dan mencederai jutaan orang. Dan para pengambil kebijakan perang tak pernah jera.

"Jika penyebab rentetan perang dari zaman kuno hingga era modern itu coba diringkas dalam satu kata, jawabannya adalah 'peta'", bisik Randu kepada dirinya.

Bagi Randu, pemicu utama perang adalah ilusi tentang peta. Tepatnya, sengketa tentang garis perbatasan di peta, atau ambisi untuk menggeser dan memperluas garis wilayah peta kekuasaan dan pengaruh.

Syarifuddin Abdullah | 05 Nopember 2022/ 10 Rabiul-tsani 1444H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun