Melalui dekrit bernomor 172, Presiden Rusia Vladimir Putin mewajibkan pembeli gas Rusia dari negara-negara yang tidak bersahabat agar membayar dengan mata uang Rubel. Konflik Ukraina pun segera memasuki tahapan baru: perang energi
Sanksi Ekonomi yang belum efektif
Lima paket sanksi ekonomi yang telah diberlakukan Amerika dan sekutunya terhadap Rusia belum mampu membuat Vladimir Putin mengubah agenda militernya di Ukraine. Dan tampaknya Vladimir Putin masih memiliki dan menyimpan berbagai kartu truf untuk melawan sanksi ekonomi Barat.
Di sisi lain, setelah dibombardir sanksi ekonomi, hingga April 2022, kondisi ekonomi Rusia menunjukkan bahwa sanksi-sanksi ekonomi tersebut belum membuahkan hasil yang diharapkan oleh Amerika dan sekutunya.
The Economist (salah satu media yang pro-Barat) pada edisi 28 April 2022 secara jujur melaporkan, ekonomi Rusia relatif masih stabil dan cenderung bertumbuh, alias belum terpengaruh secara signifikan oleh berbagai sanksi ekonomi. "Nilai tukar Rubel sudah kembali ke level sebelum perang. GDP Rusia masih berada di level 4 persen, yakni di atas rata-rata trend pertumbuhan sebelum pandemi covid-19. Perkiraan bahwa akan terjadi resesi ekonomi di Rusia akibat sanksi ekonomi tampaknya tidak akan terlalu signifikan".
Perlawanan PutinÂ
Setelah agak diam selama hampir sebulan, tiba-tiba melalui langkah yang mirip permainan catur, melalui dekrit bernomor 172, pada 29 Maret 2022, Vladimir Putin meminta semua pihak yang tidak bersahabat (unfriendly), yang membeli gas Rusia agar melakukan pembayaran dengan mata uang Rubel, untuk pengiriman mulai 1 April 2022.
Syarat harus membayar dengan Rubel ini kemudian direvisi dengan kebijakan bahwa perusahaan pembeli gas Rusia wajib membuka dua rekening di Gasprombank (bank yang dikontrol Pemerintah Rusia): satu rekening dolar atau euro, dan satunya lagi rekening Rubel.
Ilustrasinya begini: perusahaan pembeli mentransfer uang ke rekening dolar/euro-nya ke Gasprombak. Lalu pihak Gasprombank akan mentransfer dolar/euro tersebut ke rekening Rubel, untuk selanjutnya dibayarkan ke Gasprom (perusahaan gas Rusia).
Untuk mengirim sinyal keseriusan, sekitar sebulan kemudian, pada 26 April 2022, perusahaan gas Rusia, Gasprom mengumumkan bahwa dalam tempo 24 jam akan menghentikan suplai gasnya ke Polanda dan Bulgaria. Alasannya, Polandia dan Bulgaria melewati batas waktu untuk membayar pembelian gasnya dengan mata urang Rubel.