Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Duka 2020-2021 Menuju Duka 2022

1 Januari 2022   03:17 Diperbarui: 1 Januari 2022   03:26 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sudah dua kali pergantian tahun (2000 ke 2021 lalu 2021 ke 2022) berlangsung dengan riang dan sukaria yang retak.

Secara global, selama hampir dua tahun, lebih dari lima juta orang meninggal dunia akibat corona.

Dan secara medis, juga sosial-ekonomi, tidak/belum ada isyarat yang bisa dijadikan acuan optimis.

Berdasarkan data, sejauh ini, nyaris semua variabel terkait corona berproses ke arah yang semakin liar dan tak terkendali.

Awalnya, para virologis dan sebagian besar warga dunia berharap vaksin akan bisa menahan laju corona

Namun gagasan second jab (suntikan-kedua) yang kadang disebut fully vaccinated (tervaksinasi penuh) akhirnya terbukti tidak penuh.

Buktinya muncul ide booster (suntikan-ketiga sebagai penguat), yang juga mulai diragukan kekuatannya, setelah muncul uji-coba suntikan-keempat.

Suntikan-keempat itu bisa disebut booster kedua atau double-booster, penguat ganda atau vaksin quadruple dan seterusnya. Terserah.

Jika nanti suntikan keempat sudah menjadi lazim, maka suntikan-kelima hanya tinggal persoalan waktu saja. Ujungnya bisa diduga: vaksinasi rutin tahunan atau bahkan rutin semesteran.

Banyak orang lupa bahwa semua jenis vaksin pada awalnya direkomendasikan berdasarkan prinsip emergency use (penggunaan darurat).

Mungkin perlu juga untuk mulai TIDAK mengabaikan analisis ekstrem yang berkesimpulan sementara bahwa corona adalah instrumen yang diciptakan untuk memutus mata rantai generasi kemanusiaan. Tujuannya menciptakan equilibrum baru kemanusiaan dan alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun