Sudah dua kali pergantian tahun (2000 ke 2021 lalu 2021 ke 2022) berlangsung dengan riang dan sukaria yang retak.
Secara global, selama hampir dua tahun, lebih dari lima juta orang meninggal dunia akibat corona.
Dan secara medis, juga sosial-ekonomi, tidak/belum ada isyarat yang bisa dijadikan acuan optimis.
Berdasarkan data, sejauh ini, nyaris semua variabel terkait corona berproses ke arah yang semakin liar dan tak terkendali.
Awalnya, para virologis dan sebagian besar warga dunia berharap vaksin akan bisa menahan laju corona
Namun gagasan second jab (suntikan-kedua) yang kadang disebut fully vaccinated (tervaksinasi penuh) akhirnya terbukti tidak penuh.
Buktinya muncul ide booster (suntikan-ketiga sebagai penguat), yang juga mulai diragukan kekuatannya, setelah muncul uji-coba suntikan-keempat.
Suntikan-keempat itu bisa disebut booster kedua atau double-booster, penguat ganda atau vaksin quadruple dan seterusnya. Terserah.
Jika nanti suntikan keempat sudah menjadi lazim, maka suntikan-kelima hanya tinggal persoalan waktu saja. Ujungnya bisa diduga: vaksinasi rutin tahunan atau bahkan rutin semesteran.
Banyak orang lupa bahwa semua jenis vaksin pada awalnya direkomendasikan berdasarkan prinsip emergency use (penggunaan darurat).
Mungkin perlu juga untuk mulai TIDAK mengabaikan analisis ekstrem yang berkesimpulan sementara bahwa corona adalah instrumen yang diciptakan untuk memutus mata rantai generasi kemanusiaan. Tujuannya menciptakan equilibrum baru kemanusiaan dan alam.