Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Samurai

4 Agustus 2021   18:21 Diperbarui: 4 Agustus 2021   18:29 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya selalu suka dan menikmati menonton film-film samurai, yang klasik maupun produksi modern.

Di situ, jarak antara kehidupan dan kematian tampak begitu ringkas, oleh sekali tebasan pedang, yang saking tajamnya, terlihat nyaris tak membedakan antara daging yang lembut dan tulang yang keras.

Lalu darah yang muncrat kadang digambarkan seolah tinta merah yang menuliskan kalimat: "tebas lalu mati".

Dan di moment sesaat yang memisahkan antara tebasan pedang tajam yang digerakan tangan lincah, dan belahan luka yang nyaris tak tampak, kedua petarung yang saling berhadapan memperlihatkan garis wajah yang mengirim pesan: tak gentar untuk membunuh dan tak pula cemas akan mati. Hasilnya adalah keberanian.

Maka setiap pertarungan pedang dalam film samurai selalu sarat dengan pesan siap menanggung risiko paling tinggi, ketika pilihan hanya ada dua: hidup atau mati.

Catatan ini ditulis ketika sedang (dan belum tuntas) menonton film samurai klasik: Rurouni Kenshin: The Beginning (2021).

Syarifuddin Abdullah | Den Haag, 02 Aguatus 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun