Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Infrastruktur yang Memanjakan Pesepeda di Belanda

6 September 2020   19:41 Diperbarui: 7 September 2020   06:16 1676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalur khusus sepeda di Amsterdam.(KOMPAS/LUCKY PRANSISKA)

Dan semua warga Belanda dipastikan bisa dan mahir bersepeda. Karena kemahiran bersepeda menjadi kurikulum di sekolah dasar, sejak usia dini.

Karena itu saya membayangkan, betis dan paha semua orang Belanda relatif sangat padat/kuat. Karena mereka sudah bersepeda sejak usia dini (di bawah 10 tahun). 

Mungkin karena itu juga, cukup jarang melihat orang Belanda asli, apalagi yang masih relatif muda, lelaki ataupun wanita, yang menderita obesitas (buncit atau gembrot). Boleh jadi juga, akan sangat jarang orang Belanda yang menderita reumatik di betis dan persendian kaki.

Menjajal rute Den Haag - Rotterdam
Pada akhir pekan di awal September 2020, dengan rombongan 10 orang, kami menjajal jalur sepeda Den Haag-Rotterdam, yang berjarak sekitar 25 km (dihitung dari Central Station Den Haag ke Central Station Rotterdam). 

Di jalur ini, sebenarnya ada tiga jalur yang ditawarkan, yang membentang dari utara (Den Haag) ke arah tenggara menuju kota Rotterdam.

Suasana di salah satu tepian sungai/teluk di kota Rotterdam (05 September 2020/Dokumen pribadi)
Suasana di salah satu tepian sungai/teluk di kota Rotterdam (05 September 2020/Dokumen pribadi)
Ketika pergi (Den Haag ke Rotterdam), kami memilih jalur yang berada sisi barat jalur tol A13, dan pulangnya (Rotterdam ke Den Haag) memilih jalur yang berada di sisi timur tol A13. Dengan tawaran alternatif jalur seperti ini, pesepeda juga bisa menikmati pemandangan yang berbeda sepanjang perjalanan.

Tapi untuk pesepeda seusia saya, rute 50 km tergolong sudah cukup jauh. Sebab dalam prakteknya, rute 50 km di GPS (yang sekali lagi biasanya dihitung dari Central Station ke Central Station), bisa menjadi 60 bahkan 70 km. 

Karena dalam perjalanan, pasti pernah agak nyasar-nyasar dikit, khususnya ketika memasuki wilayah perkotaan (karena tersedia banyak rute). Dan begitu sudah tiba dan berada di dalam kota tujuan, perjalanan bisa berkelok-kelok dan sesekali mampir atau bolak-balik antar dua titik  di dalam kota.

Akibatnya, menempuh jarak 50 km (atau lebih) pergi-pulang itu, akan mengakibatkan kepanasan buah pantat yang menempel di sadel sepeda, dan paha-betis yang terus menggowes terasa seolah mau "pecah dan meledak". Capek, memang. Tapi relatif setimpal dengan pengalaman dan kenikmatan memanjakan mata melihat pemandangan di sepanjang jalur.

Dan ternyata, kekuatan menggowes sepeda itu bukan ditentukan semata oleh faktor usia, tapi terutama oleh "jam terbang" bersepeda. 

Di sepanjang perjalanan, saya sering disalip oleh pesepeda orang Londo, yang usianya lebih tua, padahal saya merasa telah menggowes cukup kencang. Hehehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun