Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Bobolnya Data Pribadi Lebih dari 6 Juta Pemilih di Israel

12 Februari 2020   03:32 Diperbarui: 12 Februari 2020   03:48 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: achterdegrotemotoren.nl

Pada 9 sampai 11 Februari 2020, beberapa media Israel dan internasional gencar mengabarkan kasus bocornya data pribadi lebih dari 6 juta data pemilih Israel ke publik (nama lengkap, nomor ID, alamat, jenis kelamin, beberapa di antaranya lengkap dengan nomor telepon dan data personal lainnya).

Menurut laporan-laporan awal dari media Israel (antara lain harian Haaretz), data pemilih Israel itu bocor melalui aplikasi pemilih (Elector app), yang digunakan oleh Partai Likud (partainya PM Benjamin Netanyahu). Aplikasi juga digunakan partai Shas and Yisrael Beiteninu. 

Menurut peraturan di Israel: menjelang setiap Pemilu, tiap partai diberikan data pemilih dengan empat syarat: (a) harus menjaga kerahasiaanya; (b) tidak boleh mereproduksi (mengcopy) data tersebut; (c) tidak boleh membagikannya kepada pihak ketiga; (d) harus menghapus data pemilih tersebut begitu Pemilu selesai.

Terhadap kebocoran, pihak Kementerian Kehakiman Israel pada Senin 10 Februari 2020 memulai investigasi untuk memastikan apakah kebocoran data pemilih itu merupakan pelanggaran hukum atau bukan, berdasarkan UU Perlindungan Kerahasiaan Pribadi (Privacy Protection Law) dan/atau Regulasi Perlindungan Kerahasian Pribadi (Privacy Protection Regulation) yang berlaku di Isreal.

Catatan:

Pertama, orang akhirnya tahu persis berapa jumlah pemilih di Israel: lebih dari 6 juta lebih (tepatnya on 6.453.254). Dan rincian data seperti ini cukup signifikan. Sebab data pemilih biasanya mengacu pada data kependudukan (yang di Israel dikelola oleh Kementerian dalam negeri).

Sebagai catatan: kasus kebocaran data penduduk Israel pernah terjadi sebelumnya pada 2006, ketika seorang pegawai di Kementerian Dalam Negeri Israel mencuri data penduduk lalu membocorkann ke publik.

Kedua, pihak yang dianggap paling bertanggungjawab atas kebocoran data pemilih itu adalah aplikasi pemilih (Elector app), yang dibuat perushaan Feed-b, yang buru-buru menegaskan bahwa kebocoran data pemilih itu adalah "one-off incident that was immediately dealt with (bahwa kebocoran itu hanya terjadi satu kali dan langsung ditangani secara cepat)".

Ketiga, penegasan Feed-b tersebut (hanya terjadi satu kali) diejek oleh harian Haaretz, yang melaporan telah menerima semacam tip, yang dikirim seorang tanpa nama (anonymous) yang menjelaskan bahwa tanpa menggunakan tool yang canggih sekalipun, seseorang bisa mengakses dan mendownload data pemilih Isreal melaui Elector App. Harian Haaretz bahkan mengklaim dapat membeberkan data beberapa pejabat sensitif di Israel, yang diambil dari Elector App.

Keempat, sejauh ini, tidak/belum diketahui berapa banyak orang yang sudah mengakses dan/atau sudah mendownload data pemilih itu. Dan menurut sejumlah pakar IT, aplikasi "Elector App" memang memiliki kelemahan (vulnerability) yang memungkinkan setiap orang dapat dengan mudah mendownload semua daftar pemilih Israel.

Kelima, di banyak negara, data daftar pemilih biasanya diperlakukan tidak terlalu rahasia. Namun bagi Israel, data pemilih yang mengacu pada data kependudukan adalah adalah data yang "sesuatu banget", apalagi jika data itu berisi alamat dan data personal lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun